BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Motivasi merupakan hal yang sangat mudah dijumpai dalam
organisasi, terutama berkenaan dengan orang-orang yang ada didalamnya. Hal ini
terkait dengan salah satu fungsi dari manajemen, POMCE (planning, organizing,motivating,
controling and evaluating). Pemotivasian adalah pekerjaan manajemen yang
sederhana, namun rumit dalam pelaksanaannya. Dikatakan sederhana karena sebagai
seorang pimpinan hanya perlu mengetahui apa saja yang dibutuhkan oleh anggotanyanya.
Dikatakan rumit karena upaya pencarian terhadap apa yang dibutuhkan oleh
anggota tidaklah mudah dikarenakan adanya perbedaan kebutuhan individu
didalamnya. Pemenuhan kebutuhan individu dalam organisasi inilah yang
menjadikan pekerjaan memotivasi seseorang menjadi rumit namun penting, agar
proses organisasi tetap berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Motivasi merupakan akibat dari interaksi individu dan
situasi, baik situasi internal maupun situasi eksternal. Motivasi sendiri
terkadang ditangkap berbeda oleh sebagian pimpinan. Pimpinan menganggap
motivasi sebagai sebuah ciri individu, dimana ada individu yang memilikinya dan
ada pula yang tidak. Dalam pekerjaan, beberapa pimpinan mengasumsikan bahwa
anggota yang tampak kurang motivasi dianggap sebagai pemalas. Sebaliknya,
anggota yang memiliki motivasi tinggi dianggap sebagai anggota yang rajin.
Sebenarnya tidaklah demikian, karena anggota - anggota tersebut memiliki
motivasi yang berbeda yang mendasari perilakunya. Sebagai contoh: seorang
akuntan akan cepat bosan dalam menghitung neraca perusahaan, tapi dia tidak
bosan bahkan dengan teliti menghitung neraca keuangan pribadinya. Seorang
telemarketing, pastilah merasa cepat bosan ketika menelpon kliennya untuk
menawarkan produk, namun dia akan merasa nyaman menelpon berjam-jam ketika
berbicara dengan sahabat, bahkan kekasihnya.
Motivasi merupakan sebuah ilmu sekaligus seni yang
menarik untuk dipelajari. Pimpinan suatu organisasi manapun, sangatlah penting
untuk mengetahui dan belajar tentang motivasi. Dengan mempelajari secara cermat
bagaimana motivasi, mengetahui kebutuhan anggota dengan tepat hingga
kemungkinan memberi reward (ganjaran) akan sangat membantu pimpinan dalam
memotivasi anggotanya.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah
Teori-Toeri Motivasi Dalam Organisasi?
2. Apakah
Tujuan Motivasi Dalam Organisasi?
3. Bagaimana
Riset Motivasi?
4. Apa
faktor Yang Mempengaruhi Adanya Motivasi?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahaui apa saja teori-teori motivasi dalam organisasi.
2. Untuk
mengetahui tujuan dari motivasi organisasi.
3. Untuk
mengetahui riset dalam motivsi.
4. Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi adanya motivasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi
guna mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh individu. Meskipun
secara umum, motivasi merujuk ke upaya yang dilakukan guna mencapai setiap
sasaran, di sini kita merujuk ke sasaran organisasi karena fokus kita adalah
perilaku yang berkaitan dengan sasaran organisasi yang berkaitan degan kerja.
Ada tiga unsur kunci dalam definisi itu: upaya, sasaran organiasi, dan
kebutuhan.
Unsur upaya
merupakan ukuran intensitas atau dorongan. Seseorang yang termotivasi, untuk
dia berusaha keras. Tetapi tingkat upaya yang tinggi tidak selalu menghasilkan
kinerja yang mengutungkan organisasi. Kebutuhan, mengacu ke keadaan batin yang
membuat hasil-hasil tertentu tanpak menarik. Kebutuhan yang tidak terpuaskan
menciptakan ketegangan yang merangsang dorongan di dalam diri seseorang.
Dorongan itu menimbulkan perilaku pencarian untuk menemukan sasaran tertentu
yang, jika tercapai, akan memuaskan kebutuhan itu dan menurunkan ketegangan
tadi.
Kita dapat
mengatakan bahwa karyawan-karyawan yang termotivasi itu berada dalam keadaan
tegang. Semakin besar ketegangan itu, semakin tinggi tingkat usahanya. Jika
usaha itu menghasilkan pemuasan kebutuhan, maka usaha itu menurunkan
ketegangan. Karena kita berminat pada perilaku kerja, usaha yang menurunkan
ketegangan ini harus pula diarahkan ke sasaran perusahaan. Oleh karena itu,
yang melekat pada definisi kita mengenai motivasi ialah persyartan bahwa
kebutuhan individu tadi cocok dan konsisten dengan sasaran organisasi tersebut.
Sedangkan
pengertian motivasi menurut beberapa ahli menajemen sumber daya manusia, yaitu sebagai
berikut:
Menurut Wexley dan Yukl motivasi
adalah pemberian atau penumbulan motif, diartikan pula hal atau keadaan menjadi
motif.
Menurut Mitchell
motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela yang
diarahkan ke tujuan terntenu.
Gray mengartikan motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat
internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah
keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan terntentu guna mencapai tujuan.
Henry Simamora, menyebutkan pengertian motivasi
menurutnya adalah sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu
akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan imbalan
atau hasil yang dikehendaki.
Soemarno secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan
tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif atau reaksi-reaksi pencapaian
tujuan.
Dari pengertian-pengertian
motivasi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong, merangsang, atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dilakukannya sehingga mencapai
tujuaannya
2.2
.
Toeri-Teori Motivasi
Teori motivasi terdiri dari dua
pendekatan, yaitu pendekatan isi/content approaches dan pendekatan
proses/process approaches. Pendekatan content meliputi teori hirarki kebutuhan abraham Maslow, teori
ERG, teori dua faktor dan teori kebutuhan McClelland, sedangkan pendekatan
proses terdiri dari teori pengharapan, teori keadilan, dan teori penetapan
tujuan.
1. Teori Hierarki
Kebutuhan Abraham Maslow
Teori
ini terdiri dari lima jenjang kebutuhan dasar manusia, yaitu
a. Kebutuhan
Psikologis/physiological needs meliputi rasa lapar, haus, seksual, berlindung,
dan kebutuhan fisik lainya.
b. Kebutuhan
rasa aman/safety needs meliputi rasa
dilindungi dari bahasa fisik emosional.
c. Kebutuhan
sosial/social needs meliputi rasa kasih sayang kepemilikan, penerimaan dan
persahabatan.
d. Kebutuhan
penghargaan/esteem needs mencakup faktor penghargaan internal seperti rasa
hormat diri, otonomi, dan pencapaian, serta faktor penghargaan eksternal
seperti status, pengakuan dan perhatian.
e. Kebutuhan
aktualisasi diri/self actualization needs yaitu dorongan untuk menjadi
seseorang sesuai kecakapanya, meliputi pertumbuhan, pancapaian potensi dan
pemenuhan diri sendiri.
Teori ini di publikasikan sekitar
tahun 1943, menurut maslow kelima kebutuhan tersebut tersusun dalam suatu
tangga hierarki. Secara umum kebutuhan manusia muncul seperti anak tangga yang
dapat di perkirakan. Ketika kebutuhan fisiologis seseorang secara relatif sedah
terpuaskan, maka akan muncul kebutuhan rasa aman, dan demikian seterusnya menurut hierarki kebutuhan, suatu langkah
pada suatu waktu, sekali suatu kebutuhan terpuaskan, maka akan mengaktifkan
kebutuhan berikutnya pada hierarki yang lebih tinggi, proses ini terus
berlanjut sampai pada kebutuhan aktualisasi diri.
2. Teori ERG
Teori A. Maslow tidak didukung
dengan bukti-bukti empiris hingga Clayton Alderfer di olah kembali menjadi
teori ERG (Existence, Relatedness dan Growth). Menurut aldenfer ada tiga
kebutuhan pokok yaitu kebutuhan Exitence (sama dengan fisiologis dan rasa aman
dari maslow), kebutuhan relatedness (sama dengan kebutuhan sosial dan status
dari maslow) dan kebutuhan Growth (sama dengan kebutuhan penghargaan dan
aktualisasi dari maslow). Teori ERG tidak menganggap kebutuhan sebagai sebuah
hierarki yang kaku, dimana seseorang harus memenuhi kebutuhan pada tingkat
rendah dahulu sebelum naik ketingkat selanjutnya.
3. Teori Dua Faktor
Teori Dua Faktor dari Frederick
Herzberg didasarkan pada hasil wawancara dengan 203 insinyur dan akuntan.
Wawancara ini berusaha untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan
dan ketidakpuasan. Dari hasil wawancara di temukan ada faktor-faktor yang terpisah dan berbeda yang berhubungan
dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja.
Faktor-faktor kepuasan kerja
berkaitan dengan prestasi, pengakuan, karakteristik pekerjaan, tanggung jawab,
dan kemajuan. Faktor-faktor ini berhubungan dengan output yang berkaitan dengan
tugas yang sedang di kerjakan. Faktor-faktor ini disebut sebagai motivator
karena berhu bungan dengan usaha yang kuat dan prestasi yang baik. Sementara
itu daktor-faktor ketidakpuasan berkaitan dengan konteks pekerjaan dan
lingkungan, meliputi kebijakan dan
administrasi perusahaan, pengawasan teknis, gaji, hubungan antar pribadi dengan
pengawas dan kondisi kerja. Faktor-faktor ini disebut sebagai faktor hygiene.
Menurut Herzberg, seseorang individu tidak akan mengalami ketidakpuasan kerja
saat dia tidak memiliki faktor hygiene. Menurut teori ini kepuasan bukan lawan
dari ketidakpuasan. Lawan dari kepuasan adalah tanpa kepuasan, sedangkan lawan
dari ketidakpuasan adalah tanpa tidakepuasan.
4. Teori Kebutuhan
McClelland
Teori ini dikembangkan oleh David
McClelland dab kawan-kawanya, yang menyatakan bahwa tiga kebutuhan yang dapat
digunakan untuk menjelaskan motivasi individu. Ketiga kebutuhan tersebut adalah
(Robbins dan Judge,2007) :
a.
Kebutuhan pencapaian/need of
achievemennt, yaitu dorongan untuk berhasil. Karakteristik individu yang
memiliki kebutuhan akan prestasi tinggi yangitu lebih menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan tanggung jawab pribadi, umpan balik dan
resiko tingkat moderat.
b.
Kebutuhan akan kekuasaan/need for power,
yaitu kebutuhan untuk memiliki pengaruh, menjadi berpengaruh dan mengendalikan
individu lain.
c.
Kebutuhan afiliasi/ need for
affiliation, yaitu keinginan untuk menjalin hubungan antar personal yang akrab
dan ramah.
5. Teory harapan
Teori Harapan teori harapan/expectancy theory
dikembangkan oleh Viktor Vroom, yang menjelaskan bahwa kekuatan dari kecendrungan
untuk bertidak dalam cara tertentu tergantung pada kekuatan dari suatu harapan
bahwa tindakan tersebut akan di ikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik
dari hasil itu terhadap individu tersebut. Secara ringkas teori harapan
menjelaskan bahwa karyawan akan termovasi untuk
mengeluarkan tingkat usaha yang tinggi ketika mereka yakin bahwa usaha
tersebut akan menghasilkan prestasi yang baik. Yang pada giliranya akan
menghasilkan penghargaan-penghargaan dan penghargaan tersebut akan memuaskan
tujuan-tujuan pribadi mereka. Teori harapan fokus pada tiga hubungan sebagai
berikut :
a.
Hubungan usaha-kinerja, kemungkinan yang
dirasakan oleh individu yang mengeluarkan usaha akan menghasilkan kinerja.
b.
Hubungan kinerja-penghargaan, tingkat
sejauh mana individu memiliki keyakinan bahwa kinerja pada tingkat tertentu
akan menghasilkan pencapaian yang di harapkan.
c.
Hubungan penghargaa-tujuan-tujuan
pribadi, tingkat sejauh mana penghargaan-penghargaan organisasi memuaskan
tujuan-tujuan atai kebutuhan pribadi dan daya tarik dari
penghargaan-penghargaan potensial bagi individu tersebut.
Kunci utama untuk memahami teori
harapan adalah mengenai tujuan-tujuan individu dan hubungan antara usaha dan
kinerja individu, antara individu dengan penghargaan organisasional, dan antara
penghargaan organisasional dnegan pemenuhan tujuan individu. Teori harapan
sebagai sebuah model kemungkinan sekaligus menjelaskan bahwa tidak ada prinsif
yang bersifat unversal untuk menjelaskan motivasi individu. (Robbins dan
Judge,2007).
6. Teori Keadilan
Teori keadilan/equity theory menjelaskan bahwa karyawan
akan membandingkan antara masukan-masukan/input dan hasil/outcome pekerjaan
mereka dengan masukan-masukan hasil pekerjaan orang lain, kemudian merespon
untuk menghilangkan ketidakadilan. Ada empat perbandingan rujuan yang dapat di
gunakan oleh karyawan :
a.
Diri-di dalam, pengalaman-pengalaman
individu karyawan dalam posisi yang berbeda di dalam organisasi karyawan
tersebut saat ini.
b.
Diri-di luar, pengalaman-pengalaman
individu karyawan dalam posisi atau situasi di luar organisasi karyawan
tersebut saat ini.
c.
Individu lain-di luar, individu atau
kelompok individu lain di luar organisasi karyawan tersebut.
Seorang karyawan mungkin akan
membandingkan diri mereka sendiri dengan teman-teman, tetangga, rekan kerja dan
kolega di perusahaan lain, atau membandingkan pekerjaan mereka saat ini dengan
pekerjaan mereka sebelumnya. Karyawan yang memiliki masa jabatan lama,
cenderung membuat perbandingan denga rekan-rekan kerja mereka.
Setelah itu karyawan pada level lebih
tinggi yang biasanya seorang profesional, dengan tingiat pendidikan yang lebih
tinggi, cenderung membuat perbandingan dengan individu lain diluar (Robbin dan
Judge, 2007). Berdasarkan teori keadilan, ketika karyawan merasakan ketidak
adilan mereka akan berusaha untukmengurangi ketidakadilan tersebut dengan
berbagai cara. Cara-cara untuk mengurangi ketidakadilan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Cara/metode
1.
Maningkatkan masukan
Contoh :
• Bekerja lebih
keras lagi
• Mengikuti
sekolah, kuliah atau pelatihan khusus
2.
Menurunkan masukan
Contoh :
• Tidak bekerja
terlalu keras
• Menggunakan
waktu istirahat lebih lama
3.
Menurunkan hasil
Contoh :
• Minta kenaikan
upah
• Minta jabatan
atau pekerjaan baru
4.
Menurunkan hasil
Contoh :
• Minta upah yang
lebih rendah
5.
Meningkatkan pekerjaan
Contoh :
• Berhenti bekerja
• Tidak masuk
kerja
6.
Secara psikologis mengubah masukan atau
hasil
Contoh :
• Meyakinkan diri
bahwa masukanya tidak begitu penting
• Meyakinkan diri
bawha pekerjaanya membosankan dan monoton
7.
Secara psikologis mengubah masukan atau
output dengan dari perbandingan pihak lain
Contoh :
• Menyimpulkan
diri bahwa individu lain bekerja lebih keras
• Menyimpulkan
diri bahwa individu lain memiliki jabatan lebih penting
8.
Mengubah perbandingan dengan pihal lain
Contoh :
• Membandingkan
diri dengan pekerjaan sebelumnya
• Memilih individu
baru untuk perbandingan
Keadilan organisaional terdiri dari
tiga komponen, yaitu keadilan distributuf, keadilan prosedural dan keadilan
interaksional. Keadilan distributif adalah keadilan mengenai jumlah dan
pemberian penghargaan di antara individu-individu, keadilan prosedural adalah
keadilan yang dirasakan dari proses yang di gunakan untuk menentukan distribusi
penghargaan, sedangkan keadilan interksional adalah persepsi individu mengenai tingkat sejauh
mana dia di perlakukan dengan martabat, perhatian dan rasa hormat.
7. Teori penentuan
tujuan
Menurut teori penentuan tujuan/goal
setting theory bahwa tujuan-tujuan yang spesifik dan sulit, dengan umpan balik,
akan menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi. Artinya bahwa tujuan
spesifik akan meningkatkan kinerja, tujuan yang sulit, ketika di terima, akan
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari pada tujuan yang mudah, dan umpan
balik akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari pada tanpa umpan balik.
Locke dan rekan-rekanya kemudian
merumuskan suatu model penentuan tujuan. Penentuan tujuan memiliki empat
mekanisme yang berkaitan dengan motivasi, yatitu:
a. Tujuan mengarahkan
perhatian. Secara pribadi tujuan berarti memfokuskan perhatian pada sesuatu
yang relefan dan penting.
b. Tujuan mengatur
usaha. Tujuan tidak hanya membauat persepsi individu menjadi lebih selektif,
tetapi juga memotivasi untuk bertindak.
c. Tujuan meningkatkan
ketekunan. Ketekunan berkaitan dengan usaha yang di lakukan untuk suatu tugas
dalam jangka yang lebih panjang.
d. Tujuan mendorong
strategi dan tindakan. Tujuan membantu individu untuk mengembangkan strategi
dan rencana tindakan yang akan di lakukan untuk mencapai tujuan.
2.3
Teori Kontemporer Tentang Motivasi
Teori
motivasi yang akan kita bahas sekarang
ini merupakan teori motivasi yang paling terbaru. Meski teori ini tidak
terkenal seperti beberapa teori awal, teori itu cenderung lebih kuat didukung
oleh hasil riset. Kita akan meninjau enam teori: teori tiga kebutuhan, teori
penentuan sasaran, teori penguatan, perancangan pekerjaan yang memotivasi,
teori kesetaraan, dan teori pengharapan.
Teori Tiga Kebutuhan
David
McClelland dan para pakar telah mengemukakan teori tiga kebutuhan, bahwa ada
tiga kebutuhan yang menjadi motif utama dalam perkerjaan. Dimana ketiga
kebutuhan itu meliputi kebutuhan akan pencapaian prestasi (need for achievement, nAch), yakni dorongan untuk unggul, untuk
berprestasi menurut serangkaian standar, untuk berusaha keras supaya berhasil.
Kebutuhan akan kekuasaan (need for power,
nPow), kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara yang
sebenarnya tidak akan dilakukan jika tidak dipaksa. Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation, nAff), keinginan
akan hubungan antar pribadi yang bersahabat dan erat. Dari ketiga kebutuhan
itu, kebutuhan akan pencapian prestasi paling banyak diteliti.
Hasil riset
menunjukan orang yang kebutuhan akan pencapian prestasinya tinggi akan berjuang
meraih prestasi pribadi daripada meraih fasilitas jabatan dan imbalan atas
kesuksesan. Orang tersebut memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu lebih
baik atau lebih efisien daripada yang telah dilakukan sebelumnya. Mereka lebih
menyukai pekerjaan yang menawarkan tanggung jawab pribadi guna mencari solusi
masalah, dimana mereka dapat menerima umpan balik yang cepat dan tidak ambigu.
Teori Penentuan Sasaran
Terdapat
dukungan kuat atas pendapat bahwa sasaran sasaran spesifik meningkatkan kinerja
dan bahwa sasaran yang sulit, bila diterima, menghasilkan kinerja yang lebih
tinggi daripada sasaran yang gampang. Pendapatan itu dinamakan teori penentuan
sasaran.
Niat bekerja
mencapai sasaran merupakan sumber utama motivasi kerja. Studi-studi mengenai
penentuan sasaran telah menunjukan keunggulan sasaran spesifik dan menantang sebagai kekuatan pemberi
motivasi. Sasaran yang sulit dan spesifik menghasilkan level output yang lebih
tinggi daripada sasaran umum.
Spesifiknya sasaran itu sendiri bertindak sebagai pendorong internal. Misalnya,
ketika pengemudi angkutan umum berniat melakukan perjalanan 10 rit perhari
antara buah batu dan kelapa, niat itu memberinya sasaran spesifik yang harus
dicapai. Kita dapat mengatakan bahwa, jika segala sesuatunya sama, pengemudi
angkutan umum yang sasarannya sprsifik akan mengalahkan pesaingnya yang bekerja
tanpa sasaran atau sasarannya umum.
Teori Penguatan
Berlawanan
dengan teori penentuan sasaran, teori penguatan mengatakan bahwa perilaku
adalah fungsi dari akibat. Teori penentuan sasaran menyatakan bahwa masksud
individu mengarahkan perilakunya. Teori penguatan mengatakan bahwa perilaku itu
ditimbulkan dari luar. Apa yang mengendalikan perilaku adalah penguat (reinforcers), akibat yang, bila
diberikan dengan segera setelah perilaku tertentu dilakukan, meningkatkan
kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang.
Kunci teori
penguatan ialah bahwa teori itu mengabaikan faktor-faktor seperti sasaran,
harapan, dan kebutuhan. Sebagai gantinya, teori itu hanya memusatkan perhatian
pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia mengambil tindakan tertentu.
Menurut B. F. Skinner, teori penguatan dapat dijelaskan sebagai berikut: orang
akan sangat cenderung melakukan perilaku yang dikehendaki jika mereka mendapat
imbalan untuk berbuat begitu; imbalan tersebut akan sangat efektif jika segera
giberikan menyusul perilaku yang diinginkan; dan perilaku yang tidak diberi
imbalan, atau yang dihukum, kurang cenderung diulang.
Riset telah
menunjukan bahwa penguatan itu tentu saja merupakan pengaruh yang penting
terhadap perilaku kerja. Tetapi penguatan itu bukanlah satu-satunya penjelasan
bagi perbedaan motivasi karyawan. Sasaran juga mempengaruhi motivasi, demikian
pula tingkatan kebutuhan akan pencapaian prestasi. Perancangan pekerjaan,
ketidakmerataan imbalah, dan pengharapan.
Merancang Pekerjaan yang Memotivasi
Jika kita
melihat dengan seksama pada apa organisasi itu dan bagaimana cara kerjanya,
kita akan menemukan bahwa organiasasi itu merupakan terdiri dari ribuan tugas,
bahkan jutaan tugas. Tugas-tugas ini, pada gilirannya dikelompokan menjadi
sejumlah pekerjaan. Kita menggunakan istilah perancangan kerja untuk merujuk
kecara penggabungan sejumlah tugas mejadi pekerjaan lengkap. Para perancang
pekerjaan, harus merancang pekerjaan itu secara sengaja dan penuh pertimbangan
guna mencerminkan perubahan tuntutan teknologi, keterampilan dan kemampuan, dan
preferensi karyawan organisasi tersebut. Jika pekerjaan dirancang dengan
mempertimbangkan hal tesebut, maka para karyawan termotivasi untuk mencapai
kemampuan produktif penuh mereka. Cara yang digunakan untuk merancang pekerjaan
memotivasi diantaranya.
Pemekaran
pekerjaan (job enlargement), dimana
perancang pekerjaan secara historis berkosentrasi pada membuat pekerjaan itu
menjadi lebih kecil dan lebih terspesialisasi. Namun, jika pekerjaan tersebut
sangat sempit fokusnya dan terspesialisasi, maka tindakan yang perlu diambil
adalah dengan pemekaran pekerjaan secara horisontal.
Pengayaan Pekerjaan (job enrichment), adalah perluasan
pekerjaan secara vertikal dengan menambhakan tanggung jawab perencanaan dan
pengevaluasian. Pengayaan pekerjaan meningkatkan kedalaman pekerjaan yakni
tingkat kedali para karyawan terhadap pekerjaan mereka. Degan kata lain,
karyawan diberdayakan supaya dapat mengemban sejumlah tugas yang lazimnya
dilakukan oleh atasan mereka. Dengan demikian, tugas dalam pengayaan pekerjaan
harus memungkinkan para karyawan melakukan kegiatan lengkap dengan kebebasan,
kemandirian, dan tanggug jawab yang lebih besar. Dan tugas-tugas tersebut harus
pula memberi umpan balik agar individu dapat menilai dan membetulkan kinerja
mereka sendiri.
Model
Karakteristik Pekerjaan (job
caracteristics model, JCM), pendekatakan perancangan pekerjaan ini
menyajikan kerangka kerja konseptual untuk menganalisis pekerjaan atau
megarahkan para manajer merancang pekerjaan yang memotivasi. JCM
mengidentifikasi lima karakteristik utama pekerjaan, kaitan-kaitannya, dan
dampaknya pada produktivitas, motivasi dan kepuasan karyawan.
Menurut JCM,
setiap pekerjaan dapat didefinisikan menurut lima definisi inti, sebagai
berikut:
- Keragaman keterampilan, sejauh mana keragaman kegiatan yang diperlukan oleh pekerjaan tertentu agar karyawan dapat menggunakan berbagai bakat dan keterampilannya yang berbeda-beda.
- Identitas tugas, sejauh mana pekerjaan menuntut penyelesaian keseluruhan pekerjaan dan potongan kerja yang dapat diidentifikasi.
- Signifikasi tugas, sejauh mana pekerjaan bedampak besar bagi kehidupan atau pekerjaan orang lain.
- Otonomi, sejauh mana pekerjaan memberi kebebasan, kemandirian, dan keleluasaan yang besar kepada seseorang dalam menjadwal pekerjaan itu dan menentukan porsedur yang digunakan untuk melaksanakannya.
- Umpan balik, sejauh mana pelaksanaan kegiatan-kegiatan kerja yang dituntut oleh pekerjaan tertetu menyebabkan orang tersebut mendapatkan informasi yang lansung dan jelas mengenai efektifitas kinerjanya.
Dari sudut
pandang motivasi, JCM mengemukakan bahwa imbalan intrinsik (internal) diperoleh
ketika karyawan belajar bahwa dia secara pribadi telah bekerja dengan baik
dalam tugas yang dianggpanya penting.
Teori Kesetaraan (Equity
Theory)
Teori yang
dikembangkan oleh J. Stacey Adams, mengatakan bahwa para karyawan melihat
(mempersepsikan) apa yang mereka peroleh dari situasi (hasil) pekerjaan untuk
dikaitkan dengan apa yang mereka masukkan ke pekerjaan itu (intput) dan
kemudian memperbandingkan rasio input-hasil mereka dengan input-hasil orang
lain yang relevan. Jika seorang karyawan manganggap rasio dirinya sama dengan
rasio orang lain yang relevan itu, timbullah keadaan setara. Karyawan tersebut
merasa bahwa disana ada keadilan. Namun, seandainya rasio itu tidak sama,
timbullah ketidak setaraan dan dia menganggap diri mereka kurang dihargai atau
terlalu dihargai.
Teori
kesetaraan mengatakan bahwa jika hal itu terjadi, maka para karyawan dapat:
-
Mengubah input
maupun hasil mereka sendiri atau orang lain;
-
Berperilaku
sedemikian rupa guna mendorong orang lain guna mendorong orang lain merubah
input atau hasil mereka;
-
Beperilaku
sedemikin rupa guna mengubah input atau hasil mereka sendiri;
-
Memilih orang
yan berbeda sebagai pembanding; atau
-
Meninggalkan
pekerjaan mereka.
Aspek lain yang
perlu kita teliti dalam teori kesetaraan itu ialah siapakah ”orang lain” yang
menjadi pembanding mereka itu? Pembanding itu merupakan variabel penting dalam
teori kesetaraan. Tiga kategori pembanding telah didefinisikan; orang lain,
sistemnya, dan diri sendiri. Kategori ”orang lain” mencakup orang-orang lain
yang pekerjaannya serupa di organoisasi yang sama dan juga mencakup rekan,
tetangga, atau teman seprofesi. Berdasarkan apa yang mereka dengar di tempat
kerja atau dengan cara lain, para karyawan membandingkan gaji mereka dengan
gaji orang lain. Kategori ”sistem” mencakup kebijakan dan prosedur upah
organisasi serta pelaksanaan sistem tersebut. Kategori ”diri” merujuk ke rasio
input-hasil yang khas bagi orang tersebut. Rasio itu mencerminkan pengalaman
pribadi dan hubungan masa lalu serta dipengaruhi oleh kriteria seperti
pekerjaan masa lalu. Pilihan serangkaian pembanding tertentu berkaitan dengan
informasi yang tersedia mengenai pembanding tadi maupun relevansi yang mereka
rasakan.
Betapapun
berlakunya pemahaman motivasi karyawan, hendaknya kita tidak menyimpulkan bahwa
teori tersebut tanpa cacat. Teori kesetaraan membiarkan sejumlah masalah
penting tetap tidak jelas. Misalnya, bagaimanakah cara karyawan mendefinisikan
input dan hasil? Bagaimana cara menggabungkan dan memberi bobot input dan hasil
untuk memperoleh jumlah akhir? Apa dan bagaimana faktor-faktor itu berubah dari
waktu ke waktu? Dan bagaimana cara orang memilih orang lain sebagai pembanding?
Kendati ada masalah-masalah itu, teori kesetaraan benar-benar mempunyai banyak
dukungan serta memberi kita wawasan penting mengenai motivasi karyawan.
Teori Pengharapan (Expectancy
Theory)
Teori
pengharapan dari Victor Vrom mengatakan bahwa seorang individu cenderung
bertindak dengan cara tertentu berdasarkan pengharapan bahwa tindakan tersebut
akan diikuri oleh hasil tertentu dan berdasarkan daya tarik hasil tersebut bagi
orang itu. Tiga variabel atau hubugan teori pengharapan:
- Pengharapan atau kaitan usaha-kinerja adalah kemungkinan yang dirasakan oleh orang tersebut bahwa melakuan sejumlah usaha tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja tertentu.
- Instrumentalitas atau kaitan kinerja-imbalan yakni tingkat sejauh mana orang tersebut percaya bahwa bekerja pada tingkat tertentu itu menjadi sarana untuk tercapainya hasil yang diinginkan.
- Valensi atau daya tarik imbalan yakni bobot yang ditempatkan oleh orang tesebut ke potensi hasil atau imbalan yang dapat dicapai di tempat kerja. Valensi mempertibangkan sasaran dan juga kebutuhan orang tersebut.
Ciri-ciri teori
dan cara kerja teori pengharapan.
Pertama, apa
hasil yang dipersepsikan dari pekerjaan yang ditawarkan kepada karyawan? Hasil
itu dapat positif―hal-hal seperti gaji, rasa aman, persahabatan, kepercayaan
tunjangan tambahan, kesempatan untuk bakat atau keterampilan, atau hubungan
yang akrab. Atau mungkin karyawan melihat hasil tadi sebagai negatif―kelelahan,
kebosanan, frustasi, kecemasan, pengawasan yang keras, atau ancaman dipecat.
Dan ingatlah bahwa masalah tersebut tidak relevan di sini. Masalah yang sangat
menentukan adalah apa persepsi orang
tersebut tentang hasil, tanpa menghiraukan apakah persepsi itu tepat atau
tidak.
Kedua, seberapa
menarik hasil atau imbalan itu bagi para karyawan? Apakah mereka menilainya
positif, negatif, atau netral? Itu merupakan masalah internal dan pribadi yang
tergantung pada kebutuhan, sikap, dan kepribadian individu. Seseorang yang menerima imbalah itu menarik―arinya,
menilainya positif―cenderung ingin mengerjakan. Orang lain mungkin menilainya
negatif oleh karena itu lebih suka untuk tidak mendapatkannya. Lain lagi
keadaanya kalau orang tersebut bersikap netral.
Ketiga, jenis
perilaku manakah yang harus diperagakan karyawan tersebut guna mendapatkan
imbalan itu? Imbalan itu cenderung tidak mempunyai dampak apa pun terhadap
kinerja masing-masing karyawan jika ia tidak mengetahui, dengan jelas dan tanpa
ambigu, apa yang harus dilakukan untuk mendapatkannya. Misalnya apa arti
”berkerja dengan baik” menurut penilaian kinerja? Kriteria apakah yang akan
digunakan untuk menilai kinerja karyawan tersebut?
Kunci dari teori pengharapan adalah
memahami sasaran seseorang dan memahami kaitan antara usaha dan kinerja, antara
kinerja dan imbalan, dan, akhirnya, antara imbalan dan kepuasan kerja orang
tersebut. Teori tersebut menekankan pada hasil atau imbalan. Akibatnya, kita
harus berkeyakinan bahwa imbalan yang ditawarkan oleh organisasi cocok dengan
keinginan individu tersebut. Teori pengharapan menyatakan bahwa tidak ada
prinsip universal yang mampu menjelaskan
apa yang memotivasi individu dan, karena
itu, menekankan bahwa para manajer harus memahami mengapa para karyawan melihat
hasil tertentu sebagai menarik atau tidak menarik.
2.4
Tujuan Motivasi
Unsur ketiga dari lingkaran
motivasi adalah tujuan yang berfungsi untuk memotivasi tingkah laku dan juga
menentukan seberapa aktif individu akan bertingkah laku. Pada dasarnya tingkah
laku manusia itu bersifat majemuk. Selain tujuan pokok (primary goal), ada pula
tujuan lain atau tujuan sekunder (secondary goal).
Sebagaimana halnya dalam proses
belajar instrumental, tujuan sekunder juga diperoleh melalui suatu proses
belajar. Akan tetapi berbeda dengan proses belajar instrumental, seseorang
seakan – akan secara sengaja mempelajari suatu cara untuk memperoleh sesuatu,
dalam terjadinya tujuan sekunder, tidak ada persoalan sengaja atau tidak
sengaja.
Tujuan ini juga bisa berupa objek
yang konkret atau berupa objek yang abstrak. Dan bila tujuan-tujuan ini bisa diperoleh,
kebutuhan-kebutuhan terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan ini juga
barangkali hanya untuk sementara, sebab pada saat lain, kebutuhan-kebutuhan itu
mungkin bisa timbul lagi.
2.5
Riset Motivasi
Riset motivasi adalah mengetahui
mengapa tingkah laku manusia (masyarakat) selalu bereaksi pada hal-hal
tertentu yang di hadapinya.
Yang perlu di ketahui
adalah :
1.
Human behavior (manusia)
2.
Attitude (tentang sikap)
3.
Sensational
(sensansi)
4.
Image (citra)
5.
Motivation (motivasi)
Motivasi terbagi menjadi dua jenis
yaitu motivasi personal (personal motivation) dan motivasi kelompok (group
motivation).
Motivasi personal berkaitan dengan :
a.
Self preservation (pemeliharaan dan
mempertahankan diri)
b.
Hunger (rasa lapar)
c.
Security ( keamanan)
d.
Seks ( kebutuhan seks)
e.
Emosional needs ( kebutuhan emosional)
f.
Personal significance (kepentingan personal).
Motivasi kelompok berkaitan dengan :
a.
Human behavior (anggota masyarakat)
b.
Organizational membership ( keanggotaan organisasi)
c.
Work roles (peraturan tata pekerjaan)
d.
Reference group (reference kelompok)
e.
Cultural norm (norma-norma budaya)
f.
Primery group norm (norma-norma kelompok yang di anut)
2.6
Faktor Adanya Motivsi Dalam Organisasi
Ada beberapa faktor adanya motivasi, yaitu:
a.
Adanya Tujuan
Dengan adanya tujuan (Visi dan
Misi) yang akan di capai oleh seseorang tentu hal tersebut akan secara alamiah
memotivasi individu maupun kelompok yang ada dalam organisasi untuk
bersama-sama mencari cara agar apa yang menjadi tujuan tersebut dapat dicapai
demi kemajuan organisasi.
b.
Adanya Tantangan (challenge)
Tantangan juga merupakan salah satu faktor yang sangat
besar dalam melahirkan motivasi. Hal tersebut disebabkan karena setiap kegiatan
organisasi yang akan dilaksanakan terdapat hal-hal yang harus di selesaikan
seperti: pencarian dana, ide-ide yang kreatif kegiatan dan lain-lain.
c.
Adanya Tanggung Jawab
Dalam organisasi baik anggota
maupun pengurus tentu memiliki tanggung jawab. Anggota organisasi memiliki
tanggung jawab bagaimana cara memberikan masukan-masukan agar organisasi bisa
berkembang kearah yang lebih baik. Begitu pula pengurus organisasi, mereka
memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari pada anggota. Pengurus organisasi
harus mencari cara begaimana agar apa yang telah menjadi program kerja dapat
dilaksanan. Dengan adanya tanggung jawab yang di berikan kepada semua orang
yang ada dalam organisasi tentu hal tersebut akan semakin memotivasi mereka
agar dapat menjalankan tugas yang telah diberikan.
d.
Adanya Keharmonisan
Agar keharmonisan dalam organisasi
selalu terjaga maka seseorang harus memotivasi diri agar selalu mencari agar
tidak adanya persaingan yang menyebabkan konflik internal organisasi. Maka dari
itu, dalam organisasi harus ada keterbukaan yang nyata dalam organisasi.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam motivasi terdapat
beberapa teori, yaitu:
1)
Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow
2)
Teori ERG
3)
Teori Dua Faktor
4)
Teori Kebutuhan McClelland
5)
Teori Harapan
6)
Teori Keadilan
7)
Teori Penentuan Tujuan
tujuan yang berfungsi untuk
memotivasi tingkah laku dan juga menentukan seberapa aktif individu akan
bertingkah laku. Pada dasarnya tingkah laku manusia itu bersifat majemuk.
Selain tujuan pokok (primary goal), ada pula tujuan lain atau tujuan sekunder
(secondary goal). Riset motivasi adalah mengetahui mengapa tingkah laku manusia
(masyarakat) selalu bereaksi pada hal-hal tertentu yang di hadapinya.
Yang perlu di ketahui
adalah :
a. Human behavior
(manusia)
b. Attitude (tentang
sikap)
c. Sensational
(sensansi)
d. Image (citra)
e. Motivation
(motivasi)
Faktor yang
mempengaruhi adanya motivasi dalam organisasi adalah:
a. Adanya Tujuan
b. Adanya Tantangan
(challenge)
c. Adanya Tanggung
Jawab
d. Adanya kepemimpinan
(leadership)
e. Adanya Keharmonisan
3.2
Saran
Demikian yang dapat kami dapat
paparkan mengenai Motivasi Kerja dan Insentif Organisasi, tentunya kami
menyadari betul atas segala kekurangannya. Maka dari itu, kami berharap para
pembaca dan penyimak memberikan kritik dan saran yang membangun demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini berguna khususnya
bagi penyusun dan umumnya bagi pihak penulis.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunyoto, Dangan dan
Burhanudin. Prilaku Organisasional, Yogyakarta: CAPS
Ruslan, Rosady. 2004,
metode penelitian : public relations & komunikasi.
Jakarta: PT. Raja Gradindo Persada.
Gondokusumo, A.A.
1983,Komunikasi Penugasan. Jakarta: PT.
Gunung Agung.
No comments:
Post a Comment