BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Penggunaan internet bukanlah suatu
hal yang istimewa atau khusus untuk kalangan tertentu, baik dari segi profesi,
kalangan masyarakat, pendidikan dan usia. Hampir semua golongan masyarakat
sudah tahu dan akrab dengan internet.
Seiring dengan perkembangan waktu
dan modernisasi, internet menjadi sebuah kebutuhan dan aktifitas tetap manusia
sebagai anggota masyarakat. Selain menjadi tuntutan profesi, pengembangan ilmu
pengetahuan, berita, dan hiburan, berinternet juga menjadi cara alternatif
seseorang untuk bergaul sebagai makhluk sosial.
Kehadiran
internet memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan data yang belum
tentu bisa ditemukan secara langsung dalam media cetak yang bisa dijumpai
sehari-hari. Terutama karena halangan cara dan biaya yang tidak sedikit. Hanya
dengan bermodal sebuah komputer dengan sambungan kabel LAN atau bandwidth, seseorang
dapat mengakses internet dengan mudah dan bebas selama 24 jam setiap harinya (non-stop)
di sebagian besar penjuru dunia ini.
Di Indonesia, dapat ditemukan warung internet (warnet)
yang bertebaran di sepanjang pinggiran jalan. Selain itu, banyak tempat-tempat
umum –lembaga pendidikan, cafe, mall, dan tempat-tempat rekreasi- yang
menawarkan jasa hotspot atau wifi untuk masyarakat yang memiliki laptop
dan phonebook. Di samping itu, banyak tipe ponsel yang telah dilengkapi
dengan aplikasi internet.
Seiring dengan perkembangan pesat itu, banyak situs dan
aplikasi pertemanan, promosi, milis, dan aplikasi-aplikasi lain. Di
antaranya adalah GoogleTalk, AIM, Yahoo, Multiply, Live Messanger, mIRC, My
Space, Friendster, dan Facebook.
Facebook adalah sebuah web jejaring sosial yang didirikan
oleh Mark Zuckerberg dan diluncurkan pada 4 Februari 2004 yang memungkinkan
para pengguna dapat menambahkan profil dengan foto, kontak, ataupun informasi
personil lainnya dan dapat bergabung dalam komunitas untuk melakukan koneksi
dan berinteraksi dengan pengguna lainnya.
Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif, lebih dari separuhnya
menggunakan Telephone genggam. Pengguna harus mendaftar sebelum dapat
menggunakan situs ini. Setelah itu, pengguna dapat membuat profil
pribadi,
menambahkan pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan, termasuk
pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya. Selain itu,
pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan ketertarikan yang sama,
diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri
khas lainnya, dan mengelompokkan teman-teman mereka ke dalam daftar seperti
"Rekan Kerja" atau "Teman
Dekat".(id.wikipedia.org/14-05-2013)
Sejak tahun 2012, Facebook mengalami peningkatan yang
sangat signifikan penggunaannya di Indonesia. Hingga sekarang, Indonesia
menjadi Negara nomer 1 di Asia dengan user Facebook terbanyak dan nomer 2 di
dunia setelah Amerika Serikat dengan pengguna berjumlah 150 Juta user aktif( Detik.com/inet : 2012 ). Dan
tentunya hal ini sangat menguntungkan bagi orang yang mempunyai pola fikir
berkembang, Seperti seorang pebisnis di
dalam mengembangkan usahanya yaitu menjadikan facebook sebagai sarana promosi
dll.
Dewasa ini facebook memiliki banyak kelebihan dan juga
kekurangannya, kelebihannya adalah bukan hanya menambah atau memperbanyak teman
tetapi juga mempererat hubungan persahabatan, pertemanan, kekeluargaan, bahkan
akhir-akhir terdapat tren baru yaitu online shop yang semakin memanjakan
pengguna facebook dengan dapat berbelanja hanya dengan menggunakan facebook.
Dan kekurangannya adalah banyak orang yang menyalahgunakan facebook sebagai
alat untuk menipu orang dan juga beberapa tindak kejahatan atau kriminal
seperti yang sering diberitakan di televisi tentang prostitusi, pemerkosaan,
dan penculikan yang berawal dari facebook.
Merasakan pengaruh sosial media (facebook) yang sangat besar
baik itu pengaruh positif dan negatif, mengakibatkan ketergantungan mahasiswa
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru terhadap facebook,
karena kemudahan dalam mengakses facebook itu sendiri. Jika mahasiswa Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru terus menerus mengakses
facebook tanpa mengenal situasi maka akan berakibat buruk, misalnya pada saat
proses perkuliahan sedang berlangsung di dalam kelas, terus mahasiswa masih
saja mengakses facebook maka fokus mahasiswa untuk mengikuti proses perkuliahan
terganggu.
Jika masalah seperti itu terus menerus dibiarkan maka akan
mengakibatkan ketergantungan mahasiswa terhadap facebook, maka mahasiswa akan
malas dan tidak dapat membagi waktu kapan akan belajar atau main facebook.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah pengaruh
sosial media (facebook) terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau
(UIR) Pekanbaru maka rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Apa pengaruh sosial media (facebook)
terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru?
2. Bagaimana solusi dalam menangani
pengaruh sosial media (facebook) terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Riau (UIR) Pekanbaru?
1.3
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh sosial
media (facebook) terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau
(UIR) Pekanbaru?
2. Untuk mengetahui solusi dalam
menangani pengaruh sosial media (facebook) terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru?
1.4
Manfaat Penelitian
1. Memberikan penjelasan dan pemahaman
tentang pengaruh sosial media (facebook) terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru?
2. Memberikan penjelasan dan pemahaman
mengenai solusi dalam menangani pengaruh sosial media (facebook) terhadap
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Media Massa
Salah satu dari unsur tersebut yaitu medium (media) tempat di mana proses
komunikasi berlangsung. Dengan demikian media massa merupakan sarana
penyampaian komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara
massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara luas pula. Sedangkan informasi
massa merupakan informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal,
bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian, maka
informasi massa adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu
masing-masing. Adapun peran gatekeeper adalah penyeleksi informasi, di
mana dalam kegiatan komunikasi massa sejumlah peran dijalankan dalam organisasi
media massa. Merekalah yang kemudian menyeleksi setiap informasi yang akan
disiarkan dan tidak disiarkan. Bahkan kewenangannya mencakup untuk memperluas,
membatasi, informasi yang akan disiarkan. Mereka adalah para wartawan, desk
surat kabar, editor, dan sebagainya.
Adapun media massa adalah institusi yang menghubungkan seluruh unsur masyarakat
satu dengan lainnya dengan melalui produk media massa dihasilkan. Secara
spesifik institusi media massa adalah: (1) sebagai saluran produksi dan
distribusi konten simbolis; (2) sebagai institusi publik yang bekerja sesuai
aturan yang ada; (3) keikutsertaan baik sebagai pengirim atau penerima sukarela;
(4) menggunakan standar profesional dan birokrasi; dan (5) media sebagai
perpaduan antara kebebasan dan kekuasaan.
Menurut Baran (2010: 69) dalam Tamburaka (2013: 14) bahwa teori masyarakat
massa pertama kali muncul pada abad ke-19 ketika berbagai elit sosial
tradisional berjuang memahami makna dari konsekuensi yang bersifat merusak dari
modernisasi. Sebagian (yaitu para aristokrat tanah, penjaga toko di kota-kota
kecil, guru sekolah pemuka agama, politisi kelas dua) kehilangan kekuasaan mereka
atau sangat lelah dalam usaha mereka menghadapi masalah sosial. Bagi mereka
media massa yaitu yellow journalism adalah simbol dari semua kesalahan
yang terjadi dalam masyarakat modern. Teori masyarakat massa memiliki beberapa
asumsi dasar mengenai individu, peran media, dan hakikat dari perubahan sosial,
antara lain:
1. Media adalah kekuatan yang sangat
kuat dalam masyarakat yang dapat menggerogoti nilai dan norma sosial sehingga
dapat merusak tatanan sosial. Untuk menghadapi ancaman ini, media harus di
bawah kontrol elit.
2. Media dapat secara langsung
memengaruhi pemikiran kebanyakan orang, mentransformasi pandangan mereka
tentang dunia sosial.
3. Ketika seseorang telah
ditransformasi oleh media, maka semua bentuk konsekuensi buruk dalam jangka
panjang mungkin terjadi, tidak hanya dapat menghancurkan kehidupan seseorang,
tetapi juga menciptakan masalah sosial dalam skala luas.
4. Sebagian besar individu sangat
rentan dengan media karena dalam masyarakat massa merupakan terputus dan
terisolasi dari lembaga sosial tradisional yang sebelumnya melindungi mereka
dari usaha manipulasi media.
5. Kerusakan sosial yang disebabkan
media mungkin akan dapat diperbaiki dengan pendirian sebuah tatanan sosial yang
totaliter.
6. Media massa tidak dapat mengelak
dari kegiatan yang merendahkan bentuk budaya yang lebih tinggi menyebabkan
terjadinya penurunan secara umum dalam peradaban.
2.2
Komunikasi Massa
Komunikasi massa ( mass
comunication ) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (
surat kabar, majalah) atau elektronik (radio,televisi), berbiaya relatif mahal,
yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan
kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan
heterogen. Pesan-pesannya bersifat umu, disampaikan secara cepat, serentak dan
selintas (khususnya media elektonik). Meskipun khalayak ada kalanya
menyampaikan pesan kepada lembaga ( dalam bentuk saran-saran yang sering
tertunda), proses komunikasi didominasi oleh lembaga, karena lembagalah yang
menentukan agendanya. Komunikasi antarpribadi, komunkasi kelompok, komunikasi
publik dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk
mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.
Wright (1959) dalam Severin dan Tankard, Jr (2010: 4) dalam
Tamburaka (2013: 15) mendefinisikan komunikasi massa dalam tiga ciri:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada
audiens yang relatif besar, heterogen, dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara
umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara
serempak dan sifatnya sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau
berpoperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan
biaya yang besar.
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan
melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan
informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka unsur-unsur penting dalam
komunikasi massa adalah:
1. Komunikator,
2. Media massa,
3. Informasi (pesan) massa,
4. Gatekeeper,
5. Khalayak (publik), dan
6. Umpan balik.
2.3
Model Komunikasi Media Massa
Peneliti komunikasi massa Wilbur Scramm menggunakan ide yang awalnya
dikembangkan psikolog Charles E. Osgood. Gambaran tentang komunikasi
interpersonal (interpersonal communication) komunikasi antara dua orang
atau lebih menunjukkan tidak ada sumber yang jelas antara pengirim dan penerima
pesan, melainkan karena komunikasi merupakan proses timbal balik dan terus
menerus, semua berpartisipasi sebagai partisipan yang bekeja bergntian sebagai
“interpreter” dengan melakukan aktivitas “encoding dan “decoding”.
Pesan yang pertama di-encoded diubah menjadi simbol dan tanda sistem
yang dimengerti. Berbicara merupakan encoding seperti menulis,
percetakan dan film dalam sebuah program televisi. Ketika pesan diterima maka decode
yang merupakan simbol dan tanda diinterpretasikan. Decoding dilakukan
melalui mendengar, membaca, dan menonton televisi.
Pesan yang di-encode dibawa melalui sebuah media yang berarti pengiriman
informasi. Gelombang radio merupakan membawa suara kita terdengar oleh teman
kita di tempat yang lain. Ketika media tersebut merupakan teknologi yang
membawa pesan kepada sejumlah besar orang, seperti surat kabar yang dapat
memuat kata-kata tercetak dan radio dapat menyebarkan suara dari musik dan
berita, kita menyebutnya sebagai media massa (mass medium). Media massa
yang kita gunakan secara umum adalah radio, televisi, buku, majalah, surat
kabar, film, rekaman suara, jaringan komputer, dan internet.
2.4
Produk Media Masa
Tergolong dalam pesan komunikasi
kita temukan antara lain apa yang disebut produk jurnalistik pemberitahuan
melalui media cetak atau media elektronik. Dengan demikian, merupakan karya
yang dibentuk komunikator sebagai upaya mencapai tujuan komunikasinya (apa yang
diinginkannya). Dengan kata lain, produk jurnalistik dimaksud dibentuk melalui
suatu keterampilan atau seni yang disebut jurnalistik dengan tujuan memengaruhi
komunikan (khalayak) sesuai dengan kehendak komunikatornya.
Astrid Susanto dalam bukunya komunikasi massa (1986) dalam Tamburaka
(2013: 19) mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau
pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. Onong Uchjana (1981)
dalam Tamburaka (2013: 19) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan kegiatan
pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai dari peliputan
sampai dengan penyebarannya kepada khalayak.
Dari definisi yang diberikan oleh para ahli peneliti berpendapat bahwa sosial
media (facebook) adalah salah satu alat komunikasi yang sangat berpengaruh
terhadap pendidikan pada saat ini. Tetapi hal ini harus diimbangi dengan orang
tua yang mengawasi secara intensif. Karena di dalam sosial media (facebook)
terdapat informasi yang tidak layak untuk dikonsumsi oleh seorang mahasiswa.
Akan tetapi bila sosial media (facebook) digunakan secara cermat dan tepat
menimbulkan hal yang positif untuk kemajuan pendidikan. Oleh karena itu
mahasiswa harus sosialisasikan untuk menggunakan sosial media (facebook) secara
baik dan benar.
2.5
Karakteristik Komunikasi Massa
2.5.1Komunikasi Bersifat Umum
Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka
untuk semua orang. Meskipun pesan komunikasi massa bersifat umum dan terbuka,
sama sekali terbuka juga jarang diperoleh, disebabkan faktor yang bersifat
paksaan yang timbul karena struktur sosial. Pengawasan terhadap faktor tersebut
dapat dilakukan secara resmi sejauh bersangkutan dengan larangan dalam bentuk
hukum terutama yang berhubungan dengan penyiaran ke luar negeri. Penggunaan
lebih banyak media audio-vidual, kemajuan teknik untuk mencapai jarak jauh dan
perluasan usaha bebas buta huruf, cenderung untuk mempercepat menuju
keterbukaan yang luas.
2.5.2 Komunikasi Bersifat Heterogen
Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa
dengan keterbukaannya dalam memperoleh pesan – pesan komunikasi erat sekali
hubungannya dengan sifat heterogen komunikan.
Massa dalam
komunikasi massa terajdi dari orang – orang yang heterogen yang meliputi
penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan
kebudayaan yang beragam berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai
pekerjaan yang berjenis – jenis maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam
kepentingan , standar hidup dan derajat
kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.
Jelasnya, komunikan dalam komunikasi massa adalah sejumlah orang yang
disatukan oleh suatu minat yang sama yang mempunyai bentuk tingkah laku yang
sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama, meskipun demikian orang –
orang yang berinteraksi tadi tidak saling mengenal, berinteraksi secara
terbatas, dan tidak terorganisasikan. Komposisi komunikan tersebut tergeser –
geser terus – menerus, serta tidak mempunyai kepemimpinan atau perassaan identitas.
2.5.3 Media massa menimbulkan keserempakan
Yang dimaksud dengan keserempakan ialah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk
tersebut satu sam lainnya berada dalam keadaan terpisah. Radio dan televisi
dalam hal ini melebihi media cetak.
Ada dua segi penting mengenai kontak yang langsung itu ; pertama :
kecepatan yang lebih tinggi dari penyebaran dan kelangsungan tanggapan ; kedua
: keserempakan adalah penting untuk keseragaman dalam seleksi dan interpretasi
pesan –pesan. Tanpa komunikasi massa hanya pesan – pesan yang sangat sederhana
saja yang disiarkan tanpa perubahan dari orang yang satu ke orang uang lain.
2.5.4
Hubungan komunikator – komunikan bersifat non- pribadi
Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dengan komunikan
bersifat non pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang – orang
yang dikenal hanya dalam peranannya yang
bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non pribadi, ini timbul disebabkan
tekhnologi dari penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat –
syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum. Yang terakhir ini,umpamanya
mencakup keharusan untuk objektif dan tanpa prasangka dalam memilih dan
menanggapi pesan komunikasi yang mempunyai
norma – norma penting.
Komunikasi dengan menggunakan
media massa berlaku dalam satu
arah ( one way communication ), dan
ratio output – input komunikan sangat besar. Tetapi dalam hubungan komunikator
dengan komunikan itu terdapat mekanisme resmi ( siaran komersial).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di sekitar lingkungan Universitas Islam Riau. Adapun alasan
penulis mengambil lokasi di Universitas Islam Riau berdasarkan latar belakang masalah
yang telah penulis kemukan di atas dan tingginya pengguna jejaring sosial di
kalangan pelajar dan mahasiswa.
3.2 Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peniliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara:
1. Pengamatan
Pengamatan adalah kegiatan kita yang paling utama dan
tekhnik penelitian ilmiah yang penting. Tekhnik ini menuntut adanya pengamatan
dari si peneliti terhadap objek penelitiannya, misalnya melakukan eksperimen.
Dalam pengamatan ini peneliti mengamati bagaimana pengaruh sosial media
(facebook) terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau (UIR)
Pekanbaru.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu dari sekian tekhnik pengumpulan
data yang pelaksanaanya dapat dilakukan secara langsung dengan yang
diwawancarai, dan dapat juga secara tidak langsung. Dalam penelitian ini,
peneliti mewawancarai beberapa orang mahasiswa eksternal maupun internal,
mengenai pengaruh sosial media (facebook) terhadap mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru.
3. Kuesioner
Menurut Umar (2002) menyatakan Kuesioner adalah suatu
cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan terhadap responden,
dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.
Peneliti menggunakan cara kuesioner dalam pengumpulan data karena lebih cepat
dalam menjaring responden dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.
3.3.
Tekhnik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data
tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan.
Proses awal pengolahan data itu dimulai dengan melakukan editing setiap
data yang masuk. Setelah dilakukan proses editing, dilanjutkan dengan
proses coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban responden menurut
macamnya. Kemudian untuk memperjelas melihat kategori atau klasifikasi data
tersebut, dibuat tabel frekuensinya. Tabel tersebut dapat berisi satu variable
(univarit), dua variable (bivariat), atau lebih dari dua variable
(multivariat). Teknik kuantitatif lebih cocok digunakan apabila data
yang berjumlah besar dan mudah diklasifikasi dalam berbagai kategori. Analisis
kuantitatif sering juga disebut dengan analisis statistik. Cara menggunakan
analisis model kuantitatif ini acap kali dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (1)
pengolahan data; (2) pengorganisasian data; (3) penemuan hasil. Pada analisis
ini pengetahuan dan pengukuran yang cermat menurut ilmu statistik sangat
diperlukan.
3.4
Tekhnik Analisis Data
Menurut (Bungin, 2005: 395) dalam (Ardial, 2014: 395) analisis
data kuantitatif dengan tekhnik statistik pada dasarnya adalah proses pemberian
kode (identitas) terhadap data penelitian melalui angka-angka. Penggunaan
teknik statistik dalam analisis data pada umumnya didasarkan pada tujuan
penelitian. Penelitian deskriptif dengan satu variabel, misalnya yang bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik tentang suatu sample dan
biasanya dengan menggunakan ukuran penyebaran, pemusatan, dan penyimpangan
baku. Ukuran penyebaran dapat dilihat dengan distribusi frekuensi, baik mutlak
maupun relatifnya (persentase). Sedangkan ukuran pemesatan diukur dengan
menggunakan teknik statistik deskriptif, seperti Mean (M), Mediam (Md),
dan Mode (Mo) dan ukuran penyimpangan, diukur dengan menggunakan Standar
Deviasi (SD), dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Tamburaka. Apriadi. 2013. Agenda Setting. Media Massa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Abdullah. Aceng. 2000. Press relations, kiat
berhubungan dengan media massa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bonar. S.K. 1983. Hubungan Masyarakat Modern. Jakarta: Bumi
Aksara
Branen. Julia, 1997. Memandu Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Balack. James dan Dean J. Champion, 1992. Metode dan Masalah
Penelitian Sosial. Bandung: Eresco.
Suyanto. Bagong. Sutinah. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Kencana, 2007.
Ardial. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta:
Bumi Aksara. 2014.
Simarmata. Janer. Pengenalan Teknologi Komputer dan
Informasi. Yogyakarta: Andi. 2006.
Bungin. 2005: 395. Paradigma dan Model Penelitian
Komunikasi. Dalam Ardial. 2014: 395. Jakarta: Bumi Aksara.
Wright. Chales. 1973: 105. Praktik Ilmu Komunikasi. Dalam
Farouk. Muhammad. 2004: 105. Jakarta Selatan: Teraju.
Baca juga artikel ini Cara Mendapatkan Duit Dari Internet
No comments:
Post a Comment