KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang sudah memberi taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga kita
semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya termasuk juga dengan
penulis, hingga penulis bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul
“ Ilmu Lingkungan”.
Makalah ini disusun
supaya para pembaca bisa menambah wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan
yang ada mengenai dongeng yang dulu sangatlah populer yang kami sajikan di
dalam sebuah susunan makalah yang ringkas, mudah untuk dibaca serta mudah
dipahami.
Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada rekan-rekan satu tim yang sudah membantu serta bapak / ibu guru yang sudah membimbing penulis supaya penulis bia membuat karya ilmiah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga jadi sebuah karya ilmiah yang baik dan benar.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca serta memperluas wawasan mengenai dongeng serta seluk beluknya.Dan tidak lupa pula penulis mohon maaf atas kekurangan di sana sini dari makalah yang penulis buat ini. Mohon kritik serta sarannya.Terimakasih
Pekanbaru,
Maret 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara
yang beruntung karena dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah, terutama minyak
bumi, gas alam, beberapa jenis barang tambang, mineral, hutan tropis dengan
berbagai jenis kayu dan hasil hutannya, kekayaan laut, dan sebagainya. Pada
dasarnya sumber daya alam itu dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
sumber daya alam yang tak dapat pulih atau tak dapat diperbaharui, sumber daya
alam yang pulih atau dapat diperbaharui dan sumber daya alam yang mempunyai
sifat gabungan antara yang dapat diperbaharui dan yang tidak dapat
diperbaharui.
Perbedaan antara sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dengan sumber daya yang tak dapat diperbaharui hanyalah tergantung
pada derajat keberadaannya. Perubahan jumlah dan kualitas sumber daya alam
sepanjang waktu, tanpa melihat penggunaan sumber daya tersebut, dapat berarti
peningkatan atau pengurangan, membaik ataupun memburuk, terus menerus ataupun
bertahap pada laju yang konstan ataupun laju yang berubah-rubah.
Air merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
sehari-hari. Dibeberapa wilayah di Indonesia telah mengalami krisis air bersih
yang keadaannya semakin memprihatinkan. Meskipun air adalah sumber daya alam
yang dapat diperbaharui yang mempunyai arti setelah dipakai dapat dibersihkan
kembali. Namun pembersihan itu tidak selalu
dapat sempurna sehingga biarpun lambat, nampaknya air bersih ini makin hari makin menurun jumlah dan
kualitasnya. Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa
minggu tetapi tanpa air manusia akan mati dalam beberapa hari saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut
diperlukan suatu tindakan agar bisa memperbaharui sumber daya air dan kebutuhan
air bersih tetap tercukupi. Salah
satu tindakanl tersebut yaitu Desalinasi. Proses ini memanfaatkan air laut yang
sangat melimpah, meskipun sudah diriwayatkan dalam Al-Qur’an bahwa air laut dan
air tawar tidak dapat bersatu namun proses ini hanya mengubah air laut menjadi
air tawar.
Bahan bakar
fosil atau bahan bakar mineral, adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, petroleum, dan gas alam. Penggunaan bahan bakar fosil ini
telah menggerakan pengembangan industri dan menggantikan kincir angin, tenaga air, dan juga pembakaran kayu atau peat untuk
panas.
Ketika menghasilkan listrik, energi dari pembakaran bahan bakar fosil seringkali
digunakan untuk menggerakkan turbin. Generator tua seringkali menggunakan uap yang
dihasilkan dari pembakaran untuk memutar turbin, tetapi di pembangkit listrik
baru gas dari pembakaran digunakan untuk memutar turbin gas secara langsung.
Pembakaran bahan bakar fosil oleh manusia merupakan sumber utama dari karbon dioksida yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dipercayai menyebabkan pemanasan global. Sejumlah kecil bahan bakar hidrokarbon adalah bahan bakar bio yang diperoleh dari karbon dioksida
di atmosfer dan oleh karena itu tidak menambah karbon dioksida di udara.
1.2
Rumusan
masalah
1.
Apakah Pengertian Sumber Daya Alam?
2.
Apa saja Sumber Daya Alam yang terdapat di
Riau?
3.
Apakah pengertian Sumber Daya Air?
4.
Apakah
yang dimaksud dengan Bahan Bakar Fosil?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian Sumber Daya alam
2.
Mengetahui
Macam-macam Sumber Daya alam yang terdapat di Riau
3.
Mengetahui Pengertian Sumber Daya Air
4.
Mengetahui tentang Bahan Bakar Fosil
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SUMBER DAYA ALAM
Sumber daya alam adalah
semua kekayaan berupa benda mati maupun benda hidup yang berapa di bumi dan
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
2.1.1 Penggolongan sumber daya alam
Ada beberapa macam sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara. SDA dapat
diklasifikasikan menurut beberapa hal. berdasarkan bentuk yang dimanfaatkan,
SDA dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a.
SDA Materi, yaitu bila yang
dimanfaatkan adalah materi sumber daya alam tersebut. contoh : siderit, limonit
dapat dilebur jadi besi/ baja
b.
SDA Hayati, ialah SDA yang
berbentuk makhluk hidup, yaitu hewan dan tumbuhan. SDA tumbuhan disebut SDA
Nabati dan hewan disebut SDA Hewani.
c.
SDA Energi, yaitu bila
barang yang dimanfaatkan manusia adalah energi yang terkandung dalam SDA
tersebut.
d.
SDA Ruang, adalah ruang atau
tempat yang diperlukan manusia dalam hidupnya.
e. SDA Waktu, sebagai sumber daya alam, waktu tidak berdiri
sendiri melainkan terikat dengan pemanfaatan sumber daya alam lainnya.
Berdasarkan Pembentukan
Berdasarkan Pembentukan
2.1.2 Sumber daya alam yang dapat diperbarui
Disebut demikian, karena
alam mampu mengadakan pembentukan baru dalam waktu relatif cepat, secara
reproduksi atau siklus.
1) perbaruan dengan reproduksi. Hal ini terjadi pada sumber daya
alam Hayati, karena hewan dan tumbuhan dapat berkembang biak sehingga jumlahnya
selalu bertambah.
2) Perbaruan dengan adanya siklus. beberapa SDA ,misalnya air
dan udara terjadi dalam proses yang melingkar membentuk siklus.
2.1.3 Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui
SDA ini terdapat dalam
jumlah relatif statis karena tidak ada penambahan atau waktu pembentukan yang
lama.
Contoh : bahan mineral, batu
bara dll. berdasarkan daya pakai dan nilai konsumtifnya, SDA ini dibagi 2,
yaitu:
1)
SDA YANG TIDAK CEPAT HABIS.
Karena nilai konsumtifnya kecil.
2) SDA YANG CEPAT HABIS. karena nilai konsumtif barang tersebut
relatif tinggi.
Menurut cara terbentuknya
bahan galian dibagi menjadi
1. bahan galian magmatic
2. bahan galian pegmatite
3. bahan galian hasil
pengendapan
4. bahan galian hasil
pengayaan sekunder
5. bahan galian hasil
metamorfosis kontak
6. bahan galian termal
2.1.4 Faktor-faktor penyebab kerusakan sda
1. Di bidang pertanian dan perikanan
a. Penggundulan hutan mengakibatkan lahan yang ditinggalkan
menjadi kurang subur dan ditumbuhi alang-alang
b.
Pemberian pupuk dan
penyemprotan hama yang berlebihan akan mengakibatkan timbulnya hama jenis baru
yang tebal terhadap zat kimia tersebut
c. Penangkapan ikan yang salah mengakibatkan berkurangnya
jenis-jenis ikan tertentu di daerah perairan
2. Di bidang Teknologi dan industry
Penggunaan teknologi yang kurang tepat dan tidak sesuai yang
akan menyebabkan sesuatu yang buruk.
2.1.5
SUMBER DAYA ALAM DI RIAU
Riau adalah salah satu
provinsi kaya di Nusantara. Hampir semua kekayaan alam dimiliki provinsi ini.
Di dalam perut buminya terkandung minyak bumi, batubara, emas, timah dan bahan
tambang lainnya. Sementara di atasnya terhampar kekayaan hutan, perkebunan dan
pertanian dalam arti luas.
Pertambangan umum berdenyut
relatif pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang ikut andil bergerak di
bidang ini. Mereka seolah berlomba mengeruk isi perut bumi Riau, mulai dari
menggali pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut, pasir
kuarsa sampai andesit. Di samping minyak dan gas timah juga merupakan hasil
tambang Riau. Konstribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Riau mencapai Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %. Karena itu,
sektor pertambangan menjadi andalan provinsi dalam memperkokoh perekonomiannya.
Sektor pertanian menjadi
salah satu motor penggerak perekonomian rakyat. Sektor ini tidak saja mampu
memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian lokal, tapi juga mampu
menyerap banyak sekali tenaga. Kini tersedia lahan sawah seluas 28.845 ha yang
dilengkapi dengan saluran irigasi, 150.092 ha sawah tadah hujan, 70.284 ha
sawah pasang surut dan 13.077 ha sawah lainnya.
Data 2006 juga menunjukkan
bahwa tak kurang dari 134.290 ha sawah kini berproduksi, menghasilkan 421.384
ton padi. Jumlah produksi ini meningkat dibanding dua tahun terakhir. Padi
2004, 144.499 ha sawah menghasilkan 453.817 ton padi, lalu menurun menjadi
133.496 ha sawah pada 2005 dengan produksi 423.095 ton padi. Ladang jagung yang
berproduksi seluas 16.524 ha, menghasilkan 36.421 ton. Kedelai, singkong dan
umbi-umbian juga diproduksi di Riau. Ada 2.829 ha lading kedelai terhampar di
sana dengan jumlah produksi 2.923 ton, sementara 5.266 ha ladang singkong dan
umbi-umbian memproduksi 52.997 ton.
Potensi hutan juga besar di
Riau. Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang dibuat pemerintah
setempat, luas hutan di sana mencapai 4.160.710 ha terdiri atas 228.793,82 ha hutan
lindung, 529.487 ha hutan konservasi, 914.839 ha hutan produksi terbatas, dan
2.487.590 ha hutan produksi. Dari hutan-hutan itulah pemerintah setempat
memperoleh anggaran dari produksi 8.022.009,30 m³ kayu bulat, 188.201,82 m³
kayu gergajian dan 260.709,32 m³ kayu lapis. Dengan perairan dan lautan seluas
470,80 km², Riau tidak mau ketinggalan dalam bisnis perikanan, baik perikanan
laut, perairan umum, tambak maupun keramba.
Ada banyak jenis ikan yang
telah dibudidayakan. Pada 2005 saja, berhasil diproduksi 97.781,3 ton perikanan
laut, 24,693,7 ton ikan dari perairan umum, 674,5 ton ikan dari tambak dan
24.768,8 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai
Rp. 717,21 miliar. Setahun kemudian, semua hasil meningkat. Pada 2006, berhasil
di produksi 99.188,3 ton perikanan laut, 14.173,5 ton ikan dari perairan umum,
244,6 ton ikan dari tambak dan 2.741,3 ton ikan dari keramba. Total produksi
semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 1.174 miliar
Berbagai jenis peternakan
juga telah dikembangkan, terutama sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras
dan itik. Pada 2005, ternak sapi potong populasinya mencapai 102.352 ekor per
tahun, sementara ternak kambing 256.324 ekor per tahun, ternak domba 2.453 ekor
per tahun, babi 46.386 ekor per tahun, ayam buras 316.425 ekor per tahun dan
itik 339.269 ekor per tahun. Karena itu, daging yang diproduksi per tahun nya
mencapai 4.593183 kg daging sapi, 434.806 kg daging kambing, 1.490 kg daging
domba, 874.262 kg daging babi dan 29.355.155 kg daging ayam unggas.
Perkebunan juga merupakan
sektor andalan. Karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan pinang adalah komoditas
perkebunan yang selama ini banyak membantu perekonomian penduduk pedesaan. Di
saat krisis ekonomi melanda Indonesia secara nasional, petani yang bekerja di
sektor ini justru tetap survive, bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar. Luas perkebunan karet mencapai 528.697,48 ha dengan hasil 463.053,52
ton, kebun kelapa mencapai 546.927,13 ha dengan hasil 629.926,80 ton, kebun
kelapa sawit seluas 1.392.232,74 ha dengan hasil 3.931.619,17 ton, kebun kopi
seluas 10.040,50 ha dengan hasil 3.545,97 ton dan kebun pinang seluas 9.249,56
ha dengan hasil 6.960,72 ton.
Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).Rujukan
Perkebunan
Perkebunan mempunyai
kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian baik pada tingkat
nasional maupun regional. Perkembangan kegiatan perkebunan di Provinsi Riau
menujukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin
luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata pertahun, dengan
komoditas utama kelapa sawit, kelapa, karet, kakao dan tanaman lainnya. Peluang
pengembangan tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan
dengan semakin kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat,
tumbuhnya berbagai industri yang membutuhkan bahan baku dari produk perkebunan
dan semakin luasnya pangsa pasar produk perkebunan.
Krisis ekonomi yang melanda
daerah ini pada tahun 2000 telah memporak-porandakan sendi-sendi ekonomi
rakyat, namun yang tetap bertahan malahn mendapatkan keuntungan dari dampak
krisis ekonomi tersebut justru sektor perkebunan. Hal ini membuktikan bahwa sektor
perkebunan merupakan sektor yang masih bisa tetap bertahan meskipun kondisi
perekonomian di negeri ini di landa krisis. Sebagai contoh, petani kelapa sawit
pada waktu krisis justru mendatangkan keuntungan yang berlipat akibat harga
sawit waktu itu justru meningkat.
Untuk melihat perbandingan
luas perkebunan Kelapa Sawit, Kelapa, Karet dan kopi pada masing-masing
Kabupaten Kota di Provinsi Riau tahun 2003 dapat di lihat pada tabel dibawah
ini.
Luas Areal Kelapa Sawit,
Kelapa, Karet dan Kopi Provinsi Riau Tahun 2003
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau – 2003
Dari tabel diatas bisa
diketahui untuk perkebunan kelapa sawit, Kabupaten Rokan Hulu memiliki areal
yang paling luas bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya, yaitu 338.661
Ha atau 22.86 persen dari total jumlah keseluruhan, diikuti oleh Kabupaten Kampar
seluas 215.033 Ha atau 14.51 persen dan Kabupaten Pelalawan seluas 197.356 Ha
atau 13.32 persen. Sedangkan Kabupaten yang paling sedikit areal untuk
perkebunan kelapa sawit adalah Kota Dumai seluas 19.020 ha atau 1.28 persen
disamping Kota Pekanbaru yang tidak mempunyai areal perkebunan kelapa sawit
sama sekali.
Untuk perkebunan kelapa,
Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai areal perkebunan yang paling luas.
Kabupaten Indragiri Hilir dari dulu terkenal dengan daerah penghasil kopra.
Luas areal perkebuna kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir seluas 501.576 Ha atau
84.42 persen dari total jumlah keseluruhan. Diikuti oleh Kabupaten Bengkalis
47.653 Ha atau 8.02 persen dan Kabupaten Kuantan Singingi seluas 6.324 Ha atau
1.06 persen. Sedangkan Kota Pekanbaru dan Dumai tidak mempunyai areal
perkebunan kelapa sama sekali.
Untuk perkebunan karet,
Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai areal yang paling luas dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota lainnya, yaitu seluas 130.635 Ha atau 26.17 persen dari total
jumlah keselurahan perkebunan karet di Provinsi Riau. Kabupaten Kampar
menempati posisi kedua seluas 84.567 Ha atau 16.94 persen, dan Kabupaten
Indragiri Hulu seluas 76.223 Ha atau 15.27 persen. Sedangkan Kabupaten/Kota
yang paling sedikit areal perkebunan karetnya adalah Kota Dumai seluas 1.410 Ha
atau 0.28 persen disamping Kota Pekanbaru yang tidak mempunyai areal perkebunan
karet sama sekali.
Disamping perkebuna kelapa
sawit, kelapa dan karet, Provinsi Riau juga daerah potensial untuk tanam kopi,
meskipun sampai saat ini arealnya hanya sebatas industri rumah tangga. Untuk
tanam kopi, Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai luas areal 4.104 Ha atau 37.57
persen dari luas areal keseluruhan tanaman kopi yang ada di Provinsi Riau.
Kabupaten Bengkali menmepati posisi kedua yaitu 1.858 ha atau 17 persen dan
Kabupaten Rokan Hulu seluas 1.277 Ha atau 11.69 persen. Sedangkan Kabupaten
yang mempunyai areal yang paling sedikit adalah Kota Dumai seluas 55 Ha atau
0.50 persen disamping kota Pekanbaru yang tidak mempunyai areal perkebunan kopi
sama sekali.
Jumlah Produksi Kelapa
Sawit, Kelapa, Karet dan Kopi di Provinsi Riau Tahun 2003
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Jumlah Produksi (Ton)
|
|||
Kelapa Sawit
|
Kelapa
|
Karet
|
Kopi
|
||
1
|
Kuantan Singingi
|
732.675
|
15.175
|
71.525
|
175
|
2
|
Indragiri Hulu
|
627.206
|
1.173
|
45.041
|
126
|
3
|
Indragiri Hilir
|
79.609
|
430.654
|
866
|
274
|
4
|
Pelalawan
|
481.658
|
4.980
|
28.550
|
27
|
5
|
Siak
|
420.031
|
3.221
|
4.980
|
61
|
6
|
Kampar
|
520.648
|
1.634
|
47.141
|
164
|
7
|
Rokan Hulu
|
412.627
|
2.877
|
30.011
|
479
|
8
|
Bengkalis
|
158.644
|
53.957
|
37.284
|
497
|
9
|
Rokan Hilir
|
335.901
|
2.602
|
11.440
|
212
|
10
|
Pekanbaru
|
0
|
0
|
0
|
0
|
11
|
Dumai
|
5.361
|
0
|
1.137
|
4
|
TOTAL
|
3.774.360
|
516.273
|
277.975
|
2.015
|
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau – 2003
Dari tabel diatas
memberikan gambaran betapa besarnya jumlah produksi kelapa sawit di Provinsi
Riau tahun 2003, yaitu sebanyak 3.774.360 ton, sehingga tidak mengherankan
Provinsi Riau adalah Provinsi yang paling kaya dengan minyak ? diatas minyak
dibawah minyak?. Jika dibandingkan masing-masing Kabupaten/Kota, untuk kelapa
sawit Kabupaten Kuantang Singingi justru mempunyai jumlah produksi yang paling
banyak, yaitu 732.675 ton atau 19.41 persen dari total keseluruhan produksi
sawit di Provinsi Riau. Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak 627.206 ton atau
16.61 persen dan Kabupaten Kampar sebanyak 520.648 ton atau 13.79 persen.
Sedangkan Kabupaten/Kota
yang paling sedikit jumlah produksi kelapa sawitnya adalah Kota Dumai sebanyak
5.361 ton atau 0.14 persen disamping Kota Pekanbaru yang memang tidak mempunyai
areal kelapa sawit. Dari data ini ada hal yang menarik karena luas areal tidak
selalu identik dengan jumlah produksi, padahal areal yang paling luas adalah
Kabupaten Rokan Hulu, sedangkan yang paling banyak jumlah produksinya adalah
Kabupaten Kuantan Singingi. Ada beberapa faktor penyebab semua ini, karena
mungkin saja kelapa sawit di Kuantan Singingi sudah tahap panen semua sedangkan
di Kabupaten Rokan Hulu ada yang belum menghasilkan.
Untuk tanaman kelapa, jumlah
produksi yang terbanyak dihasilkan oleh Kabupaten Indragiri Hilir, yaitu
sebanyak 430.654 ton atau 83.41 persen dari jumlah total keseluruhan produksi
kelapa di Provinsi Riau tahun 2003. Kabupaten Bengkalis menempati posisi kedua
yaitu sebanyak 53.957 ton atau 10.45 persen, diikuti oleh Kabupaten Kuantan
Singingi sebanyak 15.175 ton atau 2.93 persen. Sedangkan Kabupaten yang jumlah
produksi kelapanya paling sedikit adalah Kabupaten Indragiri Hulu sebanyak
1.173 ton atau 0.22 persen di samping Kota Pekanbaru dan Dumai yang tidak
mempunyai produksi kelapa sama sekali.
Perkembangan Sektor
Perkebunan tahun 2006
Perkebunan mempunyai
kedudukan yang penting di dalam pengembangan pertanian baik pada tingkat
nasional maupun regional. Perkembangan kegiatan perkebunan di Provinsi Riau
menujukkan trend yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin
luasnya lahan perkebunan dan meningkatnya produksi rata-rata pertahun, dengan
komoditas utama kelapa sawit, kelapa, karet, kakao dan tanaman lainnya.
Peluang pengembangan
tanaman perkebunan semakin memberikan harapan, hal ini berkaitan dengan semakin
kuatnya dukungan pemerintah terhadap usaha perkebunan rakyat, tumbuhnya
berbagai industri yang membutuhkan bahan baku dan semakin luasnya pangsa pasar
produk perkebunan.
Kebun kelapa sawit masih
mendominasi perkebunan di Provinsi Riau. Pada tahun 2006, luas kebun kelapa
sawit di Provinsi Riau adalah seluas 1.530.150,39 Ha. Disamping kelapa sawit
masih banyak lagi jenis perkebunan, antara lain kelapa, karet, kopi, kakao dan
lain-lain. Luas kebun kelapa di Provinsi Riau tahun 2006 adalah seluas
475.556,13 Ha, karet seluas 514.469,72 ha, kopi seluas 10.816,43 Ha dan kakao
seluas 5.586,18 Ha.
Untuk melihat perbandingan
luas perkebunan kelapa sawit, kelapa, karet dan kopi pada masing-masing
kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel di bawah
ini.
Luas Areal Kelapa Sawit,
Kelapa, Karet dan Kopi Tahun 2006
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Luas Areal (Ha)
|
|||
Kelapa Sawit
|
Kelapa
|
Karet
|
Kopi
|
||
1
|
Kuantan Singingi
|
60.547,70
|
2.274,95
|
157.070,12
|
389,40
|
2
|
Indragiri Hulu
|
55.667,00
|
2.024,15
|
72.894,15
|
1.276,40
|
3
|
Indragiri Hilir
|
37.547,00
|
379.509,00
|
3.225,00
|
4.234,00
|
4
|
Pelalawan
|
54.392,00
|
26.316,00
|
22.436,50
|
830,00
|
5
|
Siak
|
93.115,18
|
3.395,80
|
18.124,95
|
801,56
|
6
|
Kampar
|
139.195,00
|
2.892,00
|
81.691,00
|
379,00
|
7
|
Rokan Hulu
|
105.998,00
|
760,23
|
46.087,00
|
634,57
|
8
|
Bengkalis
|
99.575,00
|
50.407,00
|
50.779,00
|
1.217,50
|
9
|
Rokan Hilir
|
80.399,00
|
5.944,00
|
36.678,00
|
1.054
|
10
|
Pekanbaru
|
0
|
0
|
0
|
0
|
11
|
Dumai
|
21.933,00
|
2.033,00
|
1.736,00
|
0
|
RAKYAT
|
748.368,88
|
475.556,13
|
490.721,72
|
10.816,43
|
|
PBN
|
72.011,00
|
-
|
10.901,00
|
-
|
|
PBS
|
709.770,51
|
-
|
12.847,00
|
-
|
|
JUMLAH
|
1.530.150,39
|
475.556,13
|
514.469,72
|
10.816,43
|
Sumber : Dinas Perkebunan
Provinsi Riau – 2006
Meskipun dilihat dari luas
areal yang ada, tidak semua perkebunan yang ada di Provinsi Riau berada dalam
kondisi produktif. Dari luas 1.530.150,39 Ha kebun kelapa sawit yang ada,
seluas 320.439,35 Ha belum menghasilkan, 3.754 Ha sudah tua dan sisanya seluas
1.205.957,04 Ha yang berada pada tahap produktif. Begitu juga dengan kebun
kelapa, hanya seluas 332.653,67 Ha yang benar-benar menghasilkan. Sisanya
seluas 57.523,41 Ha masih tahap pertumbuhan dan 85.379,05 Ha merupakan tanaman
yang sudah tua. Dari 514.469,72 Ha total keseluruhan luas perkebunan karet,
seluas 104.708 Ha masih dalam tahap petumbuhan, 112.287,97 Ha merupakan tanaman
yang sudah tua dan sisanya seluas 297.473,75 Ha yang benar-benar berproduksi.
Untuk perkebunan kopi, 1.787,69 Ha masih tahap pertumbuhan, 6.240,59 Ha sudah
menghasilkan dan 2.788,15 Ha merupakan tanaman yang sudah tua.
Kabupaten Kampar memiliki
areal yang paling luas untuk tanaman kelapa sawit bila dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya, yaitu 139.195 hektar atau 18.60 persen dari total
jumlah keseluruhan, diikuti oleh Kabupaten Rokan Hulu seluas 105.998 hektar
atau 14.16 persen dan Kabupaten Bengkalis seluas 99.575 hektar atau 13.30
persen. Sedangkan kabupaten yang paling sedikit areal untuk perkebunan kelapa
sawit adalah Kota Dumai seluas 21.933 hektar atau 2.93 persen disamping Kota
Pekanbaru yang tidak mempunyai areal perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit
memerlukan areal yang luas untuk penanamannya.
Untuk perkebunan kelapa,
Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai areal perkebunan yang paling luas.
Kabupaten Indragiri Hilir dari dulu terkenal dengan daerah penghasil kopra.
Luas areal perkebunam kelapa di Kabupaten Indragiri Hilir seluas 379.509 hektar
atau 79.80 persen dari total jumlah keseluruhan. Diikuti oleh Kabupaten
Bengkalis 50.407 hektar atau 10.59 persen dan Kabupaten Pelalawan seluas 26.316
hektar atau 5.53 persen. Sedangkan kabupaten/kota yang mempunyai areal
perkebunan kelapa yang paling sedikit adalah Kota Dumai yaitu seluas 2.033 Ha
dan Kota Pekanbaru tidak mempunyai perkebunan kelapa sama sekali.
Kabupaten Kuantan Singingi
merupakan kabupaten yang mempunyai areal karet yang paling luas di Provinsi
Riau, yaitu seluas 157.070,12 Ha atau 32 persen. Kabupaten Kampar menduduki
posisi kedua yaitu seluas 2.892 Ha atau 16,64 persen dan Kabupaten Bengkalis seluas
50.779 hektar atau 10.34 persen. Sedangkan kabupaten/kota yang mempunyai areal
perkebunan kelapa yang paling sedikit adalah Kota Dumai yaitu seluas 1.736 Ha
atau hanya 0.35 persen dan Kota Pekanbaru yang tidak mempunyai areal perkebunan
karet sama sekali.
Meskipun tidak menjadi
komoditi unggulan di sektor perkebunan, luas areal perkebunan kopi setidaknya
bisa menambah pendapatan bagi petani kopi. Luas areal perkebunan kopi di
provinsi Riau tahun 2006 adalah seluas 10.816,43 Ha, dimana Kabupaten Indragiri
Hilir mempunyai areal perkebunan kopi yang paling luas yaitu 4.234 Ha atau
39.14 persen. Di posisi kedua adalah Kabupaten Indragiri Hulu yaitu seluas
1.276,40 Ha atau 11.79 persen dan Kabupaten Bengkalis seluas 1.217,50 Ha atau
11.25 persen.
Disamping perkebunan kopi,
Provinsi Riau juga mempunyai areal untuk perkebunan kakao. Pada tahun 2006 luas
areal perkebunan kakao di Provinsi Riau adalah seluas 5.586,18 Ha di mana
seluas 2.586,18 Ha merupakan perkebunan kakao rakyat. Kabupaten Indragiri Hilir
mempunyai perkebunan kakao yang paling luas di Provinsi Riau, yaitu seluas
1.522 Ha. Sedangkan Kabupaten Rokan Hilir, Siak dan Kota Dumai tidak mempunyai
perkebunan kakao.
Jumlah Produksi Kelapa Sawit, Kelapa, Karet dan Kopi Tahun 2006
No.
|
Kabupaten/Kota
|
Jumlah Produksi (Ton)
|
|||
Kelapa Sawit
|
Kelapa
|
Karet
|
Kopi
|
||
1
|
Kuantan Singingi
|
147.355,57
|
2.315,20
|
145.740,40
|
247,61
|
2
|
Indragiri Hulu
|
143.322,40
|
1.467,74
|
37.747,70
|
301,70
|
3
|
Indragiri Hilir
|
42.656,88
|
358.860,97
|
1.983,06
|
643,30
|
4
|
Pelalawan
|
144.063,12
|
30.745,79
|
18.675,60
|
178,20
|
5
|
Siak
|
254.005,49
|
3.288,65
|
16.054,02
|
399,56
|
6
|
Kampar
|
398.553,00
|
2.080,00
|
42.198,00
|
175,00
|
7
|
Rokan Hulu
|
265.634,20
|
971,80
|
61.619,00
|
152,00
|
8
|
Bengkalis
|
189.697,41
|
52.558,86
|
35.763,25
|
1.229.56
|
9
|
Rokan Hilir
|
152.597,30
|
3.109,80
|
16.169,00
|
474,00
|
10
|
Pekanbaru
|
0
|
0
|
0
|
0
|
11
|
Dumai
|
40.645,20
|
862,60
|
931,58
|
0
|
RAKYAT
|
1.778.530,57
|
456.261,41
|
376.881,61
|
3.803,93
|
|
PBN
|
309.151,19
|
-
|
16.867,00
|
-
|
|
PBS
|
2.571.582,11
|
-
|
22.157,07
|
-
|
|
TOTAL
|
4.659.263,87
|
456.261,41
|
415.905,68
|
3.803,93
|
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau – 2006
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah produksi kelapa
sawit di Provinsi Riau tahun 2006 yaitu sebanyak 4.659.263,87 ton, jauh diatas
jumlah produksi perkebunan kelapa, karet dan kopi. Hal ini menunjukkan bahwa
perkebunan kelapa sawit merupakan komoditi unggulan bagi Provinsi Riau di
sektor perkebunan. Untuk perkebunan kelapa, jumlah produksi pada tahun 2006
hanya sebesar 456.261,11 ton, karet sebesar 415.905,68 ton dan kopi sebesar
3.803,93 ton. Jika dibandingkan masing-masing kabupaten/kota, untuk kelapa
sawit Kabupaten Kampar mempunyai jumlah produksi yang paling banyak, yaitu
398.553 ton atau 22.41 persen dari total keseluruhan produksi sawit di Provinsi
Riau. Disamping Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hulu juga mempunyai jumlah
produksi yang banyak yaitu sebesar 265.634,20 ton. Sedangkan Kota Dumai
merupakan yang paling sedikit hasil produksi sawitnya, yaitu sebesar 40.645,20
ton
2.2
SUMBER DAYA AIR
Pemanfaatan air dapat
dikategorikan sebagai penggunaan konsumtif dan non-konsumtif. Air dikatakan
digunakan secara konsumtif jika air tidak dengan segera tersedia lagi untuk
penggunaan lainnya, misalnya irigasi (di mana penguapan dan penyerapan ke dalam
tanah serta penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam jumlah yang
cukup besar). Jika air yang digunakan tidak mengalami kehilangan serta dapat
dikembalikan ke dalam sistem perairan permukaan (setelah diolah jika air
berbentuk limbah), maka air dikatakan digunakan secara non-konsumtif dan dapat
digunakan kembali untuk keperluan lainnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
a. Pertanian
Diperkirakan 69% penggunaan air diseluruh dunia untuk irigasi. Dibeberapa
wilayah irigasi dilakukan terhadap semua tanaman pertanian, sedangkan di
wilayah lainnya irigasi hanya dilakukan untuk tanaman pertanian yang
menguntungkan, atau untuk meningkatkan hasil. Berbagai metode irigasi
melibatkan perhitungan antara hasil pertanian, air, biaya produksi, penggunaan
peralatan dan bangunan.
Saat populasi dunia meningkat, dan
permintaan terhadap bahan pangan juga konsumsi meningkat dengan suplai air yang
tetap, terdapat dorongan untuk mempelajari bagaimana memproduksi bahan pangan
dengan sedikit, melalui peningkatan metode dan teknologi irigasi, manajemen air
pertanian, tipe tanaman pertanian, dan pemantauan air.
b. Industri
Diperkirakan bahwa 15% air di seluruh dunia dipergunakan untuk industri.
Banyak pengguna industri yang menggunakan air, termasuk pembangkit listrik yang
menggunakan air untuk pendingin atau sumber energi, pemurnian bahan tambang dan
minyak bumi yang menggunakan air untuk proses kimia, hingga industri manufaktur
yang menggunakan air sebagai pelarut.
Air juga digunakan untuk membangkitkan energi. Pembangkit listrik tenaga
air mendapatkan listrik dari air yang menggerakkan turbin air yang dihubungkan
dengan generator. Energi ini pada dasarnya disuplai oleh matahari; matahari
menguapkan air di permukaan, yang lalu mengalami pengembunan di udara, turun
sebagai hujan, dan air hujan mensuplai air bagi sungai yang mengaliri
pembangkit listrik tenaga air. Bendungan Three Gorges merupakan bendungan
pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia.
c.
Rumah tangga
Diperkirakan 15% penggunaan air di seluruh dunia
adalah di rumah tangga. Hal ini meliputi air minum, mandi, memasak, sanitasi,
dan berkebun. Kebutuhan minimum air yang dibutuhkan dalam rumah tangga menurut
Peter Gleick adalah sekitar 50 liter per individu per hari, belum termasuk
kebutuhan berkebun. Air minum haruslah air yang berkualitas tinggi sehingga
dapat langsung dikonsumsi tanpa risiko bahaya. Di sebagian besar negara-negara
berkembang, air yang disuplai untuk rumah tangga dan industri adalah air minum
standar meski dalam proporsi yang sangat kecil digunakan untuk dikonsumsi
langsung atau pengolahan makanan.
d. Rekreasi
Penggunaan air untuk rekreasi biasanya sangatlah kecil, namun terus
berkembang. Air yang digunakan untuk rekreasi biasanya berupa air yang
ditampung dalam bentuk reservoir, dan jika air yang ditampung melebihi jumlah
yang biasa ditampung dalam reservoir tersebut, maka kelebihannya dikatakan
digunakan untuk kebutuhan rekreasional. Pelepasan sejumlah air dari reservoir
untuk kebutuhan arung jeram atau kegiatan sejenis juga disebut sebagai
kebutuhan rekreasional.
e.
Lingkungan dan ekologi
Penggunaan bagi lingkungan dan ekologi secara eksplisit juga sangat kecil
namun terus berkembang. Penggunaan air untuk lingkungan dan ekologi meliputi
lahan basah buatan, danau buatan yang ditujukan untuk habitat alam liar,
konservasi satwa ikan, dan pelepasan air dari reservoir untuk membantu ikan
bertelur.
Seperti penggunaan untuk rekreasi, penggunaan untuk lingkungan dan ekologi
juga termasuk penggunaan non konsumtif, namun juga mengurangi ketersediaan air untuk
kebutuhan lainnya di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.
2.2.1
Pengertian Desalinasi
Air bersih
akhir-akhir ini sulit dijumpai. Banyak orang kekurangan persediaan air untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sehingaga harus ada alternatif lain yang
bisa memecahkan masalah tersebut, salah satunya dengan cara desalinasi. Cara
desalinasi ini memanfaatkan air laut sebagai objek utamanya. Telah kita ketahui
sekarang ini volume air laut meningkat akibat dari adanya global warming. Maka
dari itu perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya air laut tersebut. Desalinasi adalah proses buatan
untuk mengubah air asin (umumnya air laut) menjadi air tawar. Proses desalinasi
yang paling umum adalah destilasi dan osmosis terbalik. Desalinasi saat ini
cukup mahal jika dibandingkan dengan mengambil langsung dari sumber air tawar,
hanya sebagian kecil kebutuhan manusia terpenuhi melalui desalinasi. Proses ini
terjadi secara ekstensif di Teluk Persia untuk mensuplai air bagi beberapa
wilayah di Timur Tengah dan fasilitas wisata dan perhotelan di wilayah
tersebut.
Dalam desalinasi selain menghasilkan air yang layak minum,
proses ini dapat juga menghasilkan garam dapur ataupun air berkadar garam
tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai kolam apung sebagai mana salah satu
wahana di Taman Impian Jaya Ancol. Desalinasi merupakan salah satu alternatif
mengatasi krisis air bersih yang sering terjadi di indonesia.
2.2.2
Metode Distilasi
Distilasi ialah
cara memperoleh cairan yang dikotori zat terlarut, atau bercampur dengan cairan
lain yang titik didihnya berbeda. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan
bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap
(volatilitas)
2.3
BAHAN BAKAR FOSIL
Minyak bumi, gas alam, dan batu bara dikatakan sebagai
bahan bakar fosil karena pada dasarnya mereka memang fosil. Bahan bakar fosil
terbentuk lewat proses alamiah berupa pembusukan dari organisme yang mati
ratusan juta tahun lalu. Dinosaurus, pepohonan, dan hampir semua mahluk hidup
yang mati, terendapkan di tanah, dan sekarang telah menjadi minyak bumi, gas
alam, atau batu bara. Gas alam berbentuk gas, minyak bumi berbentuk cair, dan
batu bara berbentuk padat. Perbedaan wujud mereka disebabkan perbedaan pada
tekanan dan panas yang mereka terima di perut bumi selama jutaan tahun.
Bahan bakar fosil adalah sumberdaya tak terbarukan karena
perlu jutaan tahun untuk terbentuk, dan sumber yang ada lebih cepat habis
ketimbang terbentuk yang baru. Produksi dan pemakaian bahan bakar fosil
menyebabkan masalah-masalah lingkungan. Gerakan global menuju pembangkitan
energi terbarukan dilakukan untuk membantu memenuhi meningkatkanya kebutuhan
energi.
Ada banyak jenis senyawa hidrokarbon atau terbarukan
dalam campuran bahan bakar tertentu. Campuran khusus hidrokarbon memberi sebuah
bahan bakar sifat karakteristiknya, seperti titik didih, titik beku, kepadatan,
kekentalan, dsb. Sebagian bahan bakar seperti gas alam, misalnya, mengandung
komponen gas dengan titik didih yang sangat rendah. Yang lain seperti bensin
dan diesel mengandung komponen dengan titik didih lebih tinggi.
Bahan bakar fosil itu penting karena bila dibakar
(dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air) akan menghasilkan energi yang
besar per satuan berat. Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar sudah
dilakukan di masa prasejarah. Batu bara digunakan untuk menjalankan tungku
pencairan bijih logam. Hidrokarbon setengah padat juga telah digunakan semenjak
zaman kuno, namun bahan ini umumnya dipakai untuk bahan anti air dan balsem.
Minyak mentah berat, yang lebih kental dari minyak mentah
biasa, dan pasir aspal yang merupakan campuran bitumen dengan pasir dan tanah
liat, menjadi sumber bahan bakar fosil yang penting. Landas minyak dan bahan
sejenis adalah batuan endapan yang mengandung kerogen, sebuah campuran kompleks
senyawa organik dengan berat molekul besar, yang menghasilkan minyak mentah
sintetis ketika dipanaskan (pirolisis). Bahan ini belum dieksploitasi secara
komersial untuk saat ini. Bahan bakar ini dapat digunakan untuk mesin
pembakaran internal, pembangkit listrik bahan bakar fosil, dan kegunaan lain.
2.3.1 Penggunaan Bahan Bakar Fosil
Pada paruh terakhir abad ke 18, kincir angin dan air
memberi energi untuk menggiling tepung, menggergaji kayu, atau memompa
sementara kayu atau gambut digunakan untuk memberikan pemanasan di musim
dingin. Penggunaan bahan bakar fosil secara luas diawali oleh batu bara dan
kemudian minyak bumi, untuk mentenagai mesin uap memungkinkan revolusi
industri. Pada saat yang sama, cahaya gas menggunakan gas alam atau gas batu
bara menjadi luas. Penemuan mesin pembakaran internal dan penggunaannya pada
mobil dan truk meningkatkan kebutuhan bensin dan disel, keduanya dibuat dari
bahan bakar fosil. Alat transportasi lain, kereta api dan pesawat, juga
membutuhkan bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil lainnya mencakup
pembangkitan listrik dan industri biokimia. Aspal, sisa dari ekstraksi minyak
bumi, digunakan untuk membangun jalan.
Saat ini di dunia terdapat persediaan batu bara sebesar
905 miliar metrik ton yang setara dengan 4416 miliar barel (702.1 km3) minyak
bumi. Sementara itu persediaan minyak bumi sendiri adalah 1119 miliar barel
(177,9 km3) hingga 1317 miliar barel (209,4 km3). Gas alam lebih sedikit, yaitu
hanya 175-181 triliun meter kubik, atau setara 1161 miliar barel minyak bumi.
Produksi harian bahan bakar fosil pada tahun 2006 adalah
sebagai berikut:
Batu bara diproduksi 52 juta barel ekuivalen minyak per
hari.
Minyak bumi diproduksi 84 juta barel per hari
Gas alam diproduksi 19 juta barel ekuivalen minyak per
hari.
Saat ini diduga cadangan minyak dunia hanya cukup untuk
34 tahun lagi (per 2011). Sementara gas alam tinggal 52 tahun dan batu bara
masih cukup untuk 139 tahun ke depan.
Dampak Lingkungan
Di Amerika Serikat, lebih dari 90% emisi gas rumah kaca
datang dari pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar fosil juga
menghasilkan pencemar lain, seperti nitrogen oksida, sulfur dioksida, senyawa
organik berbau, dan logam berat.
Di Kanada, sektor listrik adalah sektor industri yang
unik karena kontribusi emisinya yang sangat besar pada semua isu udara.
Pembangkitan listrik menghasilkan sejumlah besar nitrogen oksida dan sulfur
dioksida, yang menyebabkan kabut dan hujan asam serta terbentuknya materi bubuk
halus. Ia merupakan sumber industri yang paling tidak terkendali dalam
menghasilkan pencemaran raksa di Kanada. Pembangkit listrik berbahan bakar
fosil juga memancarkan karbon dioksida yang menyumbang pada perubahan iklim.
Selain itu, sektor ini berpengaruh besar pada air dan habitat serta spesies.
Bendungan dan jalur transmisi berpengaruh nyata pada air dan keanekaragaman
hayati. Menurut ilmuan AS Jerry Mahlman, secara ilmiah 99% pasti kalau bahan
bakar fosil menjadi penyebab utama pemanasan global.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan asam sulfat,
karbonik, dan nitrik, yang jatuh ke Bumi sebagai hujan asam, mempengaruhi
daerah alamiah dan lingkungan buatan. Monumen dan pahatan yang dibuat dari
pualam dan batu kapur rentan terhadapnya karena asam melarutkan kalsium
karbonat.
Bahan bakar fosil juga mengandung bahan radioaktif,
terutama uranium dan thorium, yang dilepaskan ke atmosfer. Tahun 2000, sekitar
12 ribu ton thorium dan 5 ribu ton uranium telah dilepaskan dari pembakaran
batu bara di dunia. Diperkirakan kalau tahun 1982, pembakaran batu bara oleh AS
telah melepaskan 155 kali lebih banyak radioaktif ke atmosfer ketimbang insiden
Three Mile Island. Walau begitu, radioaktivitas dari pembakaran batu bara ini
sangat kecil dalam tiap sumber dan tidak memiliki dampak yang nyata pada
fisiologi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://attaqinaufalahmad.blogspot.com/2012/04/sumber-daya-air.html
No comments:
Post a Comment