KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT.
penyusun panjatkan, karena berkat rahmat serta bimbingan-Nya penulis berhasil
menyelesaikan makalah yang penulis beri judul " Retensio Plasenta".
Adapun Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi.
Penulis mengucapkan rasa berterima-kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulis yakin Makalah ini masih
jauh dari nilai kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis demi menjadikan makalah ini bisa lebih
baik lagi.
Semoga makalah " Retensio Plasenta" memberikan informasi yang berguna
bagi masyarakat serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Pekanbaru, 1 Juli 2014
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan
sebagaimana tercantum dalam Propenas serta strategi Making Pregnancy Safer
(MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Motherhood
dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir (MDG’s, 2010), dalam pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO
dijelaskan bahwa untuk mencapai target Millennium Development Goal’s, penurunan
angka kematian ibu dari tahun 1990 sampai dengan 2015 haruslah mencapai 5,5
persen pertahun (antaranews, 2007).
Perdarahan bertanggung jawab
atas 28 persen kematian ibu, salah satu penyebab kematian ibu sebagian besar
kasus perdarahan dalam masa nifas yang terjadi karena retensio plasenta,
sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang baik dan benar yang dapat
diwujudkan dengan upaya peningkatan ketrampilan tenaga kesehatan khususnya
dalam pertolongan persalinan, peningkatan manajemen Pelayanan Obstetric
Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi
Komprehensif, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang
merupakan prioritas dalam pembangunan sektor kesehatan guna pencapaian target
MDG’s tersebut.
Rentensio plasenta dapat
menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu
(40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu
yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%.
Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan
insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran. Dibandingkan dengan
resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum dimana retensio
plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu dengan
perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat perawatan medis
yang tepat (PATH, 2002).
B. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui retensio plasenta, yang meliputi : pengertian plasenta,fisiologi
plasenta,fisiologis pelepasan plasenta,penyebab retensio plasenta,Tertinggalnya
sebagian plasenta,Tanda dan gejala,Penanganan retensio plasenta,Penatalaksanaan
retensio plasenta,Upaya preventif retensio plasenta oleh bidan.
2.
Tujuan
Khusus
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah askeb IV (Patologi Kebidanan).
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah
menyelesaikan makalah ini di harapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai retensio plasenta.
2. Bagi Pembaca
Di
harapkan bagi pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai retensio plasenta dan
dapat memberikan kritik dan saran bagi penulis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Retensio Plasenta
Retensio
plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan
ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang
telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila
retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada
kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta,
plasenta perkreta. (Manuaba (2006:176).
Plasenta tertahan
jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta mungkin
terlepas tetapi terperangkap oleh seviks, terlepas sebagian, secara patologis
melekat (plasenta akreta, inkreta, percreta) (David, 2007)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah
janin lahir, keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya
sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual
dengan segera.
B. Fisiologi
Plasenta
Klasifikasi plasenta merupakan proses fisiologis yang
terjadi dalam kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta. Klasifikasi pada
plasenta terlihat mulai kehamilan 29 minggu dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia kehamilan, terutama setelah kehamilan 33 minggu. Selama
kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat daripada pertumbuhan plasenta. Sampai
usia kehamilan 20 minggu plasenta menempati sekitar ¼ luas permukaan miometrium
dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm, menjelang kehamilan aterm plasenta
menempati sekitar 1/8 luas permukaan miometrium, dan ketebalannya mencapai 4-5
cm. Ketebalan plasenta yang normal jaran melebihi 4 cm, plasenta yang
menebal (plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita diabetes
melitus, ibu anemia (HB < 8 gr%), hidrofetalis, tumor plasenta, kelainan
kromosom, infeksi (sifilis, CMV) dan perdarahan plasenta. Plasenta yang menipis
dapat dijumpai pada pre eklampia, pertumbuhan jani terhambat (PJT), infark
plasenta, dan kelainan kromosom. Belum ada batasan yang jelas mengenai
ketebalan minimal plsaenta yang masih dianggap normal. Beberapa penulis memakai
batasan tebal minimal plasenta normal antara 1,5-2,5 cm.
C. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi
namun secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi,
pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek
kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan
dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim
itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas
seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi
yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.
D. Fisiologi
Pelepasan Plasenta
Pemisahan
plasenta ditimbulkan dari kotraksi dan retraksi miometrium sehingga
mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta
menjadi lebih kecil, sehingga plsenta mulai melepaskan diri dari dinding uterus
dan tidak dapat berkontraksi atau berinteraksi pada area pemisahan bekuan darah
retroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi
uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan
,mendorongnya keluar vagina disertai dengan pengeluaran selaput ketuban dan
bekuan darah retroplasenta (WHO, 2001)
E.
Penyebab Retensio Plasenta
Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat
(penyebab terpenting), dan plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi
disudut tuba), bentuknya (plasenta membranacea, plasenta anularis), dan
ukurannya (palsenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena
penyebab di atas disebut plasenta adhesive.
Gambaran dan dugaan penyebab retensio plasenta
Gejala
|
Separasi/akreta
parsial
|
Plasenta
inkarserata
|
Plasenta
akreta
|
Konsistensi
uterus
|
Kenyal
|
Keras
|
Cukup
|
Tinggi
fundus
|
Sepusat
|
2
jari bawah pusat
|
Sepusat
|
Bentuk
fundus
|
Diskoid
|
Agak
globuler
|
Diskoid
|
Perdarahan
|
Sedang-banyak
|
Sedang
|
Sedikit/tidak
ada
|
Tali
pusat
|
Terjulur
sebagian
|
Terjulur
|
Tidak
terjulur
|
Ostium
uteri
|
Terbuka
|
Konstriksi
|
Terbuka
|
Separasi
plasenta
|
Lepas
sebagian
|
Sudah
lepas
|
Melekat
seluruhnya
|
Syok
|
Sering
|
Jarang
|
Jarang
sekali
|
F. Tertinggalnya
Sebagian Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih
lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa
keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta. Penemuan secara dini hanya
di mungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan.
Pada kasus sisa plasenta dengan perdarahan pasca
persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ketempat bersalin
dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari pulang kerumah dan subinvolusi
uterus :
1. Penemuan secara dini hanya dimungkinkan dengan
melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa
plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan
kembali lagi ketempat bersalin dengan keluhan perdarahan setelah beberapa hari
pulang kerumah dan subinvolusi uterus.
2. Berikan antibiotika (sesuai intruksi dokter) karena
perdarahan juga merupakan gejala metritis. Antibiotika yang dipilih adalah
ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjukan 3x1 g oral dikombinasi dengan
metrodinazol 1 g supositoria dilanjutkan 3 x 500 mg oral.
3. Lakukan eksplorasi digital (bidan boleh melakukan)
(bila serviks terbuka) dan mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila
serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan dilatasi dan kuretase (dilakukan oleh dokter obgyn).
4. Bila kadar HB < 8 g/dL berikan transfusi darah.
Bila kadar HB > 8 g/dL, berkian sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari
(sesuai petunjuk dokter kandungan).\
G. Tanda
dan Gejala
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir
dalam 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang
kadang-kadang timbul yaitu tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan. Tertinggalnya plasenta (sisa
plasenta), gejala yang selalu ada yaitu plasenta atau sebagian selaput
(mengandung pembuluh darah) tidak lengkap dan perdarahan segera. Gejala yang
kadang-kadang timbul uterus berkontraksi baik tetapi tetapi tinggi fundus tidak
berkurang.
Penilaian
retensio plasenta harus dilakukan dengan benar karena ini menentukan sikap pada
saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan manual plasenta, karena
retensio bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1.
Plasenta
adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2.
Plasenta
akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding
uterus. Pada plasenta akreta vilii chorialis menanamkan diri lebih dalam
kedalam dinding rahim daripada biasa adalah sampai kebatas atas lapisan otot
rahim. Plasenta akreta ada yang kompleta, yaitu jika seluruh permukannya
melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta akreta yang parsialis, yaitu
jika hanya beberapa bagian dari permukaannya lebih erat berhubungan dengan
dinding rahim dari biasa. Plasenta akreta yang kompleta, inkreta, dan precreta
jarang terjadi. Penyebab plasenta akreta adalah kelainan desidua, misalnya
desisua yang terlalu tipis.
3.
Plasenta
inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / melewati
lapisan miometrium.
4.
Plasenta
perkreta adalah implantasi jonjot korion yang menembus lapisan miometrium
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5.
Plasenta
inkar serata adalah tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan oleh
kontriksi ostium uteri
H. Penanganan
Retensio Plasenta
1.
Tentukan
jenis retensio yang terjaid karena berkaitan dengan tindakan yang di ambil.
2.
Regangkan
tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi plasenta tidak
terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
3.
Pasang
infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes permenit. Bila perlu,
kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal (sebaiknya tidak menggunakan
ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat menyebabkan plasenta
terperangkap dalam kavum uteri).
4.
Bila
traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual palsenta
secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan
perdarahan.
5.
Lakukan
tranfusi darah apabila diperlukan.
6.
Berikan
antibiotika profilaksis (ampisislin 2 g IV / oral + metronidazole 1 g
supositoria/oral).
7.
Segera
atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
I. Penatalaksanaan
Retensio Plasenta
Dalam
melakukan penatalaksanaan pada retensio plasenta seiknya bidan harus mengambi
beberapa sikap dalam menghadapi kejadian retensio plasenta yaitu :
1.
Sikap
umum bidan melakukan pengkajian data secara subyekitf dan obyektif antara lain
: keadaan umum penderita, apakah ibu anemis, bagaimana jumlah perdarahannya,
keadaan umum penderita, keadaan fundus uteri, mengetahui keadaan
plasenta, apakah plasenta inkaserata, melakukan tes plasenta dengan metode
kustner, metode klein, metode strastman, metode manuaba, memasang infus dan
memberikan cairan pengganti.
2.
Sikap
khusus bidan :
a.
Retensio plasenta
dengan perdarahan
-
Langsung melakukan
plasenta manual
b.
Retensio plasenta tanpa
perdarahan
-
Setelah dapat
memastikan keadaan umum penderita segera memasang infusdan memberikan cairan.
-
Merujuk penderita ke
pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.
-
Memberikan transfusi
-
Proteksi dengan antibiotika
-
Mempersiapkan plasenta
manual dengan letargis dalam keadaan pengaruhnarkosa.
J.
Upaya
Preventif Retensio Plasenta Oleh Bidan
Upaya
pencegahan yang dapat di lakukan oleh bidan adalah dengan promosi untuk meningkatkan
penerimaan KB, sehingga memperkecil terjadi retensio plasenta ,meningkatkan
penerimaan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatanyang terlatih,Pada waktu
menolong persalinan kala III tidak diperkenankan melakukanmassage dengan tujuan
mempercepat proses persalinan plasenta karenamassage yang tidak tepat waktu
dapat mengacaukan kontraksi otot rahimdan mengganggu pelepasan
plasnta.(Manuaba, IGB. 1998 : 300)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Retensio plasenta adalah belum
lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti
perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas
sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Rentensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan
penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia.
B.
Saran
Dalam
penulisan dan penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan demi kesempurnaan makalah yang penulis susunan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu
Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2007.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR
ISI .............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B.
Tujuan ..................................................................................................................... 2
C.
Manfaat.................................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Retensio Plasenta.................................................................................
B. Fisiologi Plasenta...................................................................................................
C. Patofisiologi...........................................................................................................
D. Fisiologi Pelepasan Plasenta..................................................................................
E. Penyebab Retensio Plasenta..................................................................................
F. Tertinggalnya Sebagian Plasenta...........................................................................
G. Tanda dan Gejala...................................................................................................
H. Penanganan Retensio Plasenta..............................................................................
I. Penatalaksanaan Retensio Plasenta.......................................................................
J. Upaya
Preventif Retensio Plasenta Oleh Bidan....................................................
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
1
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................. 1
No comments:
Post a Comment