BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan telah menjadi sebuah mata rantai kehidupan yang tak bisa
dipisahkan dengan kehidupan dan eksistensi manusia. Ilmu pengetahuan yang
semakin maju menjadi bukti nyata akan pemikiran manusia yang semakin kompleks.
Hasil-hasil pemikiran manusia dalam keilmuan ini dapt dilihat melalui kemajuan dalam berbagai bidang, seperti dalam
bidang teknologi dan komunikasi, kita telah mengenal komputer, laptop, ponsel,
i-pad, dan internet, serta diluncurkannya satelit yang saat ini mengorbit bumi
untuk membantu proses transmisi. Selain itu, di bidang kedokteran kita telah
tak asing dengan istilah kemoterapi, kloning, vaksin, dan USG. Semua kemajuan
ilmu pengetahuan itu diciptakan dengan tujuan membantu manusia dalam menjalani
hidupnya. Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju ini juga
diiringi dengan tantangan yang semakin berat jua. Ilmu pengetahuan yang semakin
kompleks dan penemuan dalam berbagai segi yang semakin mutakhir menjanjikan risiko
yang semakin tinggi pula, baik bagi manusia maupun ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Pola pikir manusia telah berkembang
begitu pesat. Manusia tak lagi mempercayai sesuatu berdasarkan mitos belaka,
mereka mulai melakukan analisa secara mendalam dan kritis atas segala sesuatu.
Pada masa ini mereka tak hanya berpikir kritis saja, tapi juga memikirkan dan
mempertimbangkan aspek guna terhadap segala sesuatu. Semua peristiwa yang
terjadi di muka bumi ini dapat diteliti melalui berbagai disiplin ilmutertentu,
baik masalah sosial maupun ilmiah. Hal ini dapat dilakukan melalui telaah
berdasarkan berbagai pendekatan,dari pendekatan astronomi, fisika, kimia,
sosiologi, sampai psikologi. Berbagai pendekatan dari berbagai disiplin ilmu
ini telah mengalami spesialisasi studi sehingga satu bidang dapat mengkaji
permasalahan di bidangnya dengan lebih optimal. Akan tetapi spesialisasi studi
seperti ini juga menimbulkan sebuah problema, yakni arogansi disiplin ilmu yang
menganggap bidangnya yang paling penting, mengabaikan eksistensi ilmu sebagai
hal yang selayaknya dikembangkan demi kesejahteraan umat manusia, bukan
menimbulkan kekacauan sosial atau bahkan kekacauan alam.
Perkembangan
ilmu pengetahuan yang semakin pesat dan cenderung meniru budaya barat bisa jadi
menciptakan sebuah alienasi budaya. Orang merasa asing dengan budayanya
sendiri. Kaum muda tidak lagi at home dengan kebudayaan yang
telah membentuk identitas sosialnya. Kemajuan-kemajuan
memungkinkan banyaknya pilihan (multiple options) dan membuka kesempatan
tumbuhnya materialisme dan rasionalisme dengan luar biasa. Tuntutan hidup
begitu tinggi. Kemakmuran yang dicapai tidak terkendali, gaya hidup menjadi
konsumtif dan hedonistik. Manusia pribadi yang menjadi begitu sibuk untuk
mempertahankan hidup menyuburkan sosok individualistik. Kaya dan sukses dari
segi materi jadi satu-satunya tujuan hidup.
1.2
Identifikasi
Masalah
1. Apa Pengertian
Ilmu dan Masa Depan?
2.
Bagaimana Gambaran Perkembangan Ilmu di Masa Depan?
3.
Jelaskan Tantangan dan Masa Depan?
4.
Bagaimana Menjawab Tantangan dan Menatap Masa Depan
Ilmu?
5.
Jelaskan Ilmu dalam Perspektif Agama dan Masa Depan
Manusia?
6.
Apa
Hubungan Kemajuan, Ilmu dan Krisis Kemanusiaan?
7.
Apa
Hubungan Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
Pengertian Ilmu dan Masa Depan
2. Mengetahui
Gambaran Perkembangan Ilmu di Masa Depan
3. Mengetahui
Tantangan dan Masa Depan
4. Mengetahui
Menjawab Tantangan dan Menatap Masa Depan Ilmu
5. Mengetahui
Ilmu dalam Perspektif Agama dan Masa Depan Manusia
6. Mengetahui Kemajuan, Ilmu dan Krisis
Kemanusiaan
7. Mengetahui Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Ilmu dan Masa Depan
Menurut
bahasa, arti kata ilmu berasal dari bahasa Arab (ilm), bahasa Latin (science)
yang berarti tahu atau mengetahui atau memahami. Sedangkan menurut istilah,
ilmu adalah pengetahuan yang sistematis atau ilmiah. Perbedaan ilmu dan
pengetahuan yaitu : Secara umum, Pengertian Ilmu merupakan kumpulan proses kegiatan
terhadap suatu kondisi dengan menggunakan berbagai cara, alat, prosedur dan
metode ilmiah lainnya guna menghasilkan pengetahuan ilmiah yang analisis,
objektif, empiris, sistematis dan verifikatif. Sedangkan pengetahuan (knowledge
) merupakan kumpulan fakta yang meliputi bahan dasar dari suatu ilmu, sehingga
pengetahuan belum bisa disebut sebagai ilmu, tetapi ilmu pasti merupakan
pengetahuan.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan sebagai pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah
tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang
pengetahuan. Sedangkan dalam Wikipedia
Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai bentuk
kenyataan dalam alam manusia.
Beberapa
ahli telah menuliskan Pengertian Ilmu, yaitu sebagai berikut :
1) Karl
Pearson
Ilmu
merupakan keterangan yang konsisten dan komprehensif tentang fakta pengalaman
dengan istilah yang sederhana.
2) Ralp Ross
dan Ernest Van Den Haag
Ilmu
merupakan umum, rasional, empiris dan sistematik serta serentak.
3) Afanasyef
Ilmu
merupakan pengetahuan manusia yang meliputi masyarakat, pikiran dan alam.
Selain itu, ilmu mencerminkan alam dan kategori, konsep-konsep dan hukum-hukum,
dimana kebenaran dan ketetapannya diuji dengan pengalaman yang praktis.
4) Ashely
Montagu
Ilmu
merupakan pengetahuan disusun dalam satu sistem yang berasal dari studi,
pengamatan dan percobaan untuk menentukan dasar prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
5) John G.
Kemeny
Ilmu
merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode ilmiah.
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan produk atau hasil
dari sebuah proses yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai suatu
prosedur/cara.
6) The Liang
Gie
Ilmu
merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang bersifat rasional dan kognitif
dengan metode berupa prosedur dan langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan
yang sistematis mengenai gejala alam, masyarakat, atau keorangan guna mencapai
kebenaran. memperoleh pemahaman dan memberikan penjelasan.
7) Shapere
Pengertian
Ilmu mencakup adanya rasionalitas, generalisasi dan sistematisasi.
8) Schulz
Pengertian
Ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan
realitas sosial.
Dalam
Pengertian Ilmu, ada lima sifat ilmiah sebagai syarat-syarat ilmu yaitu antara
lain :
1. Sistematis.
Ilmu harus memiliki keterkaitan dan terumuskan dalam hubungan yang logis dan
teratur sehingga suatu sistem akan membentuk secara utuh, terpadu , menyeluruh
dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut objeknya.
2. Objektif.
Ilmu harus memiliki objek kajian yang meliputi golongan masalah yang sama dengan
sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Kajian objeknya
bersifat ada atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya (bukan
hasil prasangka/dugaan).
3. Analisis/metodis.
Secara umum, metodis diartikan sebagai metode tertentu yang digunakan dan
merujuk pada metode ilmiah atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan yang bertujuan mencari kebenaran ilmiah.
4. Universal.
Ilmu bersifat umum atau kebenaran yang hendak dicapai.
5. Empiris.
Ilmu hasil percobaan atau panca indera.
Sedangkan Masa depan adalah masa yang paling depan, setelah itu sudah
tidak ada masa lagi di depannya. Kalau masa depan diartikan dengan masa rumah
tangga bagi generasi muda atau masa tua bagi orang yang sudah memasuki kehidupan
keluarga, berarti masa itu bukan masa depan karena di depannya masih ada masa
lagi. Sedangkan masalah keadaan masa depan, di mana harus diperlukan persiapan
khusus, menurut pendapat penulis, masa tersebut sangat rawan sekali, yang
banyak memungkinkan bencana-bencana besar bagi siapa yang memasukinya apabila
tidak memiliki persiapan dengan baik.Apabila masa depan diartikan secara salah,
seperti diartikan masa rumah tangga, atau masa tua, maka persiapan seseorang
akan dikonsentrasikan secara penuh kepada hal-hal yang di atas. Akibatnya ia
mungkin akan berhasil pada masa itu tetapi akan mendapatkan kehancuran ketika
ia memasuki kepada masa depan yang sesungguhnya, karena mereka sebelumnya tidak
mempersiapkan ke arah sana.
Di dalam kondisi industrialisasi
seperti sekarang ini, tidak sedikit para orang tua dan generasi muda yang
memandang kehidupan di dunia ini
dipandang sebagai masa depannya, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan mereka
mengacu pada hal-hal yang dapat meningkatkan prestasi kehidupan duniawi, mereka
tidak segan-segan mengorbankan segala yang dimiliki untuk kesuksesan dunia.
2.2
Gambaran
Perkembangan Ilmu di Masa Depan
Ilmu
merupakan modal utama, subyek, dan juga obyek atas perkembangan segala
sesuatunya yang ada di dunia ini. Manusia berlomba-lomba melakukan
pengembangan, penelitian, dan riset sehubungan dengan ilmu pengetahuan. Bahkan
agama menegaskan pentingnya menuntut ilmu.
Ilmu
berasal dari bahasa Arab ‘alimaya’lamu, atau kata sains dari scio atau scrio
yang berarti untuk mencari tahu ( to know dalam bahasa Inggris). Secara
terminologi, ilmu atau sains adalah pengetahuan dengan ciri-ciri, tanda-tanda,
dan syarat-syarat tertentu. Menurut Ensiklopedia Indonesia, ilmu pengetahuan
yaitu suatu sistem dari pelbagai ilmu pengetahuan tertentu yang telah diatur
dan disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu sehinngga menjadi
kesatuan yang utuh sebagai hasil penelitian yang telah dilaksanakan secara
teliti dengan menggunakan metode tertentu. Ilmu secara bahasa adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang disusun secara sistematis menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu di bidang tersebut ( Bakhtiar:2005 ).
Ilmu
memiliki sifat fleksibel, akan terus berkembang sesuai perkembangan zaman atau
kebudayaan dan juga kemampuan bepikir manusia. Kemajuan perkembangan ilmu dalam
berbagai segi ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Akan tetapi,
selalu ada sisi negatif di tiap hal yang eksis di muka bumi ini. Perkembangan
dan kecanggihan sebuah konsep ilmu turut menimbulkan kekhawatiran bagi manusia.
Ilmu dan teknologi yang semakin maju juga menimbulkan degradasi nilai. Manusia
tergantung pada benda-benda yang dikembangkan dari ilmu pengetahuan, seolah tak
bisa bekerja tanpa mereka. Akan tetapi produk tersebut memang dibutuhkan untuk
membantu manusia dalam melakukan pekerjaan mereka.
Hingga
saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat. Telah
banyak fasilitas yang tecipta demi terwujudnya kemudahan dalam aktivitas
manusia. Sejak suksesnya penelitian rekayasa genetika terhadap makhluk hidup
yang telah dirintis oleh Dr. Gurdon dari Medical Research Council Laboratory of
Molecular Biology, Universitas Cambridge, Inggris pada tahun 1961, teknologi
ini seperti menjadi ‘mainan baru’ yang tak bosan diotak-atik oleh para ilmuan
genetika. Jika pada masa itu mereka berhasil melakukan kloning pada katak,
kapankah teknologi tersebut berhasil pada manusia? Ide melakukan kloning pada
manusia ini tampaknya terus menjadi perbincangan oleh berbagai kalangan, dan
menjadi kontroversi. Teknologi kloning ini dikritisi oleh 19 negara Eropa pada
tahun 1997 dengan menandatangani pakta yang menyebutkan bahwa mengklon manusia
merupakan pelanggaran martabat manusia dan merupakan penyalahgunaan ilmu. Belum
lagi dalam perspektif agama teknik rekayasa genetika tak layak diteruskan
karena terkesan membuat manusia berusaha menjadi tuhan, dengan memanipulasi
teknologi untuk menciptakan makhluk hidup.
Hal-hal
apa saja yang bisa terjadi di masa yang akan datang? Untuk menjawabnya, kita
bisa melihat perkembangan yang terjadi pada masa ini dan melakukan prediksi.
Sejumlah peristiwa yang terjadi tentunya telah memberikan gambaran atas apa
yang akan kita hadapi di masa depan. Hal-hal tersebut adalah:
Perubahan Lingkungan Hidup,
meliputi:
1.
Jumlah penduduk yang bertambah
2.
Krisis air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dan
industri
3.
Krisis lahan untuk tempat tinggal, kawaasan
industri, dan hutan
4.
Rusaknya ekosistem
5.
Musnahnya sejumlah organisme baik di darat maupun
air
6.
Meningkatnya suhu bumi karena efek rumah kaca
7.
Meningkatnya risiko hujan asam
Degradasi Moral. Diprediksi pada
masa yang akan datang masyarakat akan mengedepankan prisip individualis dan
kurangnya interaksi sosial. Dapat pula dikatakan akan terjadi krisis
kemanusiaan karena gagasan, ide, atau ideologi yang tak utuh dan salah
interpretasi. Contohnya gerakan emansipasi wanita yang dimanfaatkan sejumlah
perusahaan. Gerakan feminisme yang menuntut wanita diberi lapangan pekerjaan
yang sama dengan pria membuat perusahaan merekrut pekerja wanita lebih banyak
dengan pertimbangan lebih mudah diatur, pekerjaan yang lebih rapi, dan upah
yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan kaum pria sulitt mendapatkan pekerjaan,
dan wanita menjadi merasa superior. Para pria yang menganggur ini berpotensi
melakukan tindak kriminal karena alasan ekonomi akibat tak memiliki pekerjaan.
Selain itu fenomena globalisasi juga berperan dalam masalah moral. Gaya hidup
budaya barat yang cenderung individual, konsumtif, dan hedonis turut menjadi
ancaman.
Perkembangan Sains dan Teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di masa depan diprediksi akan:
·
Perkembangan signifikan pada bidang fisika, serta
inovasi dan aplikasi terhadap penelitian laser.
·
Pemurnian bidang proses kontrol sistem pada studi
mekanik, biologi, dan elektronik
·
Meningkatnya kualitas, fungsi, dan penggunaan media
massa
·
Usaha restorasi lingungan
·
Peningkatan fungsi komputer dan gadget
·
Kerja sama internasional di bidang dagang,
perekonomian, teknologi, dan komunikasi-informasi
·
Robot-robot dan mesin-mesin pengganti tenaga
manusia; hal ini berpotensi menyebabkan meningkatnya pengangguran.
·
Perkembangan pesat di sektor bioteknologi,
genoteknologi, dan ekoteknologi
·
Pendidikan Nasional. Kualitas kemampuan intele
sumber daya ,anusia dituntut memiliki kemampuan memadai dalam hal intelektual,
kemampua bahasa atau komunikasi, dan kemampuan intelektual.
2.3 Tantangan dan Masa Depan
Filsafat dan Ilmu adalah dua hal
yang saling terikat satu sama lain, baik secara subtansial maupun historis.
Karena, ilmu lahir tidak lepas dari peran filsafat, begitu pun sebaliknya,
peranan ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat. Keberadaan filsafat secara
historis, mampu merubah pola pikir bangsa yunani dan umat manusia yang awalnya
berpandangan mitosentris menjadi logosentris. Yang awalnya berpandangan bahwa
semua yang terjadi di alam jagad raya ini adalah kehendak dewa, kini justru
dirubah menjadi pola rasio yang memang terjadi secara teoritis dan sistemik.
Pola pikir yang berubah pesat dari
pola mitosentris menjadi logosentris ini, tidak berdampak kecil bagi
kelangsungan hidup manusia. Alam yang tadinya ditakuti karena kepercayaan dan
ketakutan kepada dewa sangat tinggi, kini dapat didekati bahkan dieksploitasi.
Perubahan itu dapat kita jumpai pada temuan-temua hokum alam dan teori-teori
ilmiah, yang hari ini banyak dipelajari dan menjadi acuan akademik. Semua
gejala yang terjadi, baik alam jagad raya ini (makrokosmos) maupun gejala yang
terjadi pada alam kemanusiaan, dapat kita analisa melalui berbagai macam
disiplin ilmu. Untuk mengkaji alam jagad raya ini, dapat kita lakukan dan kita
temukan dengan pendekatan astrologi, fisikia, kimia, dll. Sedangkan alam
kemanusiaan dapat kita jumpai dengan pendekatan sosiologi, biologi, psychology,
dll. Ilmu-ilmu tersebut kemudian terspesialisasikan, dan dipersempit, sehingga
bersifat aplikatif dan sangat dapat dirasakan manfaatnya.
Ilmu yang terspesialisasikan baik
kedalam pendekatan makrokosmos maupun mikrokosmos, kemudian dalam
perkembanganya, Ilmu terbagi kedalam beberapa disiplin yang membutuhkan
pendekatan, objek dan ukuran yang berbeda-beda antar disiplin ilmu yang satu
dengan lainya. Sehingga, cabang ilmu semakin subur dengan segala varietasnya.
Ilmu yang kemudian terbagi kedalam
variasinya masing-masing itu, kemudian tak dapat dipungkiri terbentuknya
sekat-sekat antar disiplin ilmu lainya, sehingga muncul arogansi-arogansi antar
ilmu tersebut, bahkan bukan hanya sekat dan arogansinya, akan tetapi akan
terjadi pemisahan antara ilmu dengan cita luhurnya yang bertujuan untuk
menyejahterakan umat manusia. Bahkan lebih bahaya lagi jika kemudian, ilmu
menjadi bencana bagi kehidupan umat manusia, sehingga menimbulkan kekacauan
sosial dan kekacauan alam yang belakangan juga sudah kita rasakan, seperti
adanya pemanasan global dan dehumanisasi di sekitar kita.
Kekacauan-kekacauan yang melanda,
baik alam makrokosmos maupun mikrokosmos yang sudah terdeskripsi itulah, yang
kemudian menjadi sebuah tantangan sekaligus menjadi masa depan ilmu. Karena bak
2 bilah pisau, semakin ilmu berkembang dan maju, justru
semakin besar kekhawatiran yang timbul, sedangkan tidak ada otoritas manapun
yang mampu membendung laju ilmu tersebut.
Seiring dengan perkembangan Ilmu,
Kant mengatakan bahwa, apa yang dikatakan rasionalitas itu adalah masuk akal,
dan ilmu yang berdasarkan rasionalitas tidak memiliki batas kecuali
rasionalitasnya sendiri, sedangkan rasionalitas tak terbatas oleh apapun
kecuali oleh hokum alam, bahkan tidak ada yang mengetahui sampai mana batasan
hokum alam, baik batasan ruang maupun waktu. Maka Ilmu akan tetap melaju sampai
mana Ilmu itu dibutuhkan.
2.4 Menjawab Tantangan dan Menatap Masa
Depan Ilmu
Kemajuan ilmu dan teknologi yang
semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi kenyataannya telah
menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Ibarat cerita
raja midas yang menginginkan setiap yang disentuhnya menjadi emas, ternyata
ketika keinginan dikabulkan dia tidak semakin senang tetapi justru menjadi
sebaliknya.
John Naissbitt mengatakan bahwa, era
informasi menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa
Indikator, yaitu; 1) Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara
kilat; 2) masyarakat takut dan memuja teknologi; 3) masyarakat mengaburkan
antara yang nyata dan yang semu; 4) masyarakat menerima kekerasan sebuah hal
yang wajar; 5) masyarakat mencintai teknologi dalam bentuk mainan; 6)
masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terenggut.
Naisbitt ingin mengingatkan bahwa,
ketika manusia mulai memuja dan menjadikan teknologi sebuah patron tunggal
dalam menjalani kehidupan, maka yang sebenarnya terjadi adalah, Ilmu itu telah
kehilangan ruh fundamentalnya, karena Ilmu telah mengeliminir peran manusia dan
menjadikan manusia sebagai budaknya.
Dengan demikian, Ilmu memerlukan
sebuah instrument agar mampu menempatkan ilmu tetap pada tempatnya, dan
instrument itu adalah filsafat. filsafat yang kemudian mengembalikan ruh dan
tujuan luhur Ilmu, agar Ilmu tidak menjadi boomerang bagi kehidupan umat
manusia. Di samping itu, salah satu tujuan filsafat ilmu adalah mempertegas
bahwa Ilmu dan perkembangannya merupakan sebuah instrument, bukan Tujuan.
Kemajuan Ilmu seiring perjalananya,
membuat manusia ingin mendapatkan segala apa yang diinginkan. Sehingga,
kemajuan ilmu menjadi sebuah komoditas untuk dapat meraih segala keinginanya
secara instant.
2.5
Ilmu dalam Perspektif Agama dan Masa Depan Manusia
Agama dan ilmu dalam beberapa hal
menunjukan perbedaanya, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih
mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual) yang
cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari hal baru dan
tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan dari
segi batin, karena ada janji kehidupan setelah mati. Sedangkan ilmu memberi
ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.
Karena bagi masyarakat beragama,
walaupun Ilmu memiliki perbedaan yang konfrehensif, baik dalam fase rohani dan
fase kebutuhan jasmani, ilmu adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari nilai
ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan, karena manusia hanya
menemukanya melalui pendekatan-pendekatan dan disiplin ilmu secara
tersistematis, dengan kemudian merekayasanya, dan menjadikanya sebuah
instrument penting dalam kehidupan. Karena manusia berbeda dengan ciptaan Tuhan
lainya, manusia diberikan daya pikir berbeda dengan makhluk lainya. Daya pikir
inilah yang kemudian menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi.
Masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai
masalah hidupnya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
tidak mampu menumbuhkan moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini,
termasuk di indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar
berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong
menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan,
penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Untuk memahami gerak
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran
agama sangatlah penting. Agama menjadi salah satu faktor pendukung dan sangat
utama dalam perkembangan ilmu. Merujuk pada realita mengenai Indonesia yang
memiliki penduduk (muslim) terbesar di dunia, membuktikan bahwa posisi agama di
Indonesia sangat penting.
Dalam waktu yang sama, antara
manusia, daya pikir dan temuan-temuanya, semua itu harus bertanggung jawab
dalam balut transcendental, tanggung jawab pada Penciptanya. Karena, daya pikir
tersebut tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai ciptaan-Nya.
Sehingga, konsekuensi logisnya, manusia tidak hanya bertanggung jawab pada
manusia saja, melainkan sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh daya pikirnya
pun turut serta bertanggungjawab di hadapan Tuhan sebagai Penciptanya
Akan tetapi, walaupun Agama
mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan hampir semua kitab suci
menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin, disi lain perlu juga
diingat bahwa, ikatan agama yang terlalu kaku dan terstruktur, kadang kala
mempersempit laju perkembangan Ilmu. Karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan
dalam memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu, dan system nilai dalam agama,
agar tidak terjadi benturan dan bertolak belakang antara ilmu dan agama.
Penataan laju perkembangan ilmu
berdasarkan system nilai agama, kemudian mampu menjadikan Ilmu tetap berjalan,
dan nilai agama yang berlaku menjadi control sosial dalam menata laju ilmu
dengan memperhatikan Lingkungan sekitar. Dengan demikian, dapatlah sebuah
penjagaan terhadap alam, baik alam makrokosmos maupun alam mikrokosmos yang
tidak lepas daripada kehidupan kita.
2.6
Kemajuan, Ilmu dan Krisis Kemanusiaan
Kemajuan
ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia,
tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahandan ketakutan baru
bagi kehidupan manusia ibarat cerita raja midas yang menginginkan setiap yang
disentuhnya menjadi emas ternyata ketika keinginan dikabulkan dia tidak smakin senang
tetapi, semakin, gila.
Ternyata
teknologi layar mampu membius manusia untuk tunduk kepada layar dan mengabaikan
yang lain. Jika manusia tidak sadar akan hal ini maka dia akan kesepian dan
kehilangan sesuatu yang amat penting dalam dirinya yakni kebersamaan hubungn
kekeluargaan, dan, social yang, hangat.
Karena itu,
wajar kemudian timbul kontroversi di berbagai negara apakah pengembanan
rekayasa genetik untuk manusia dibolehkan atau tidak. Bagi negara-negara
liberal rekayasa genetik untuk manusia diperbolehkan bahkan didukung oleh
pemerintah sedangkan para negara-negara yang konserpatif pengembangan fekayasa
yang menjurus kepada perubahan manusia secara total amat ditentang. Pemusnahan
embriao manusia tidak jadi diklon dianggap sebuah bentuk kekejian yang tidak
normal.
Bila memacu
pada pengertian diatas, pengetahuan merupakan mengetahui sesuatu tanpa ada
ragu. Misalkan bila cuaca gelap pasti akan turun hujan. Pernyataan tersebut
kita yakini tanpa ragu walaupun orang yang kita anggap pintar akan mengatakan
bila cuaca gelap pasti akan panas. Kita akan tetap pada pendirian kita karena kita
mengetahui hal tersebut tanpa ragu. Hal ini yang disebut pengetahuan yang
sebatas hanya mengetahui tanpa ragu ( sekedar tahu ), akan tetapi berlanjut
kepada timbul pernyataan mengapa hal itu bias terjadi atau penyebab dari hal
itu. Jawaban dari pertanyan atas peristiwa yang telah dicontohkan diatas, itu
baru merupakan sebuah ilmu. Jadi ilmu itu tidak hanya sebatas tahu, tapi
bagaimana kita memahami dari pengetahuan tersebut.
Berikut Pandangan lain mengenai Kemajuan, Ilmu dan Krisis Kemanusiaan :
§
Suatu kenyataan yang tampak jelas dalam dunia modern yang telah
maju ini, ialah adanya kontradiksi-kontradiksi yang mengganggu kebahagiaan
orang dalam hidup. Kemajuan industri telah dapat menghasilkan alat-alat yang
memudahkan hidup, memberikan kesenangan dalam hidup, sehingga
kebutuhan-kebutuhan jasmani tidak sukar lagi untuk memenuhinya. Seharusnya
kondisi dan hasil kemajuan itu membawa kebahagiaan yang lebih banyak kepada
manusia dalam hidupnya. Akan tetapi suatu kenyataan yang menyedihkan ialah
bahwa kebahagiaan itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sukar dan
kesukaran-kesukaran material berganti dengan kesukaran mental. Beban jiwa
semakin berat, kegelisahan dan ketegangan serta tekanan perasaan lebih sering
terasa dan lebih menekan sehingga mengurangi kebahagiaan.
§
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah hidupnya, namun pada
sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut tidak mampu menumbuhkan
moralitas (ahlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di indonesia
ditandai oleh gejalah kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf
yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih
sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal
dan saling merugikan. Untuk memahami gerak perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian itu, maka kehadiran filsafat ilmu berusaha
mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi bomerang bagi
kehidupan umat manusia.
§
Dalam masyarakat beragama, ilmu adalah bagian yang tak terpisahkan
dari nilai-nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah dari Tuhan.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan
mahluk yang lain, karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah
yang menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang bersamaan,
daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat dipisahkan dari keberadaan
manusia sebagai mahluk Tuhan. Sehingga dia tidak hanya bertanggung jawab kepada
sesama manusia, tetapi juga kepada pencipta-Nya.
§
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri
tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu alam
dengan ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang
bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu
alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian ini lebih merupakan pembatasan
masing-masing bidang yang ditelaah, yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial,
dan tidak mencirikan cabang filsafat yang otonom. Ilmu memang berbeda dengan
pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat perbedaan yang
prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai
ciri-ciri yang sama.
§
Pertama, filsafat ilmu ingin menjawab pertanyaan laandasan
ontologis ilmu; obyek apa yang ditelaah? Bagaimana korelasi antara obyek tadi
dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang
menghasilkan ilmu? Dari landasan ontologis ini adalah dasar untuk
mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu. Noeng Muhadjir
dalam bukunya flsafat ilmu mengatakan, ontologi membahas tentang yang ada, yang
tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada
yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha
mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens
Bagus, menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
§
Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam Pengantar Ilmu dalam
Perspektif mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai
teori tentang ada. Tiang penyangga yang kedua adalah Epistimologi
ilmu atau teori pengetahuan. Ini merupakan cabang filsafat yang berurusan
dengan hakekat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang
dimiliki.
§
Dengan demikian adanya perubahan pandangan tentang ilmu
pengetahuan mempunyai peran penting dalam membentuk peradaban dan kebudayaan
manusia, dan dengan itu pula tampaknya, muncul semacam kecenderungan yang
terjalin pada jantung setiap ilmu pengetahuan dan juga para ilmuwan untuk lebih
berinovasi untuk penemuan dan perumusan berikutnya.
§
Kecenderungan yang lain ialah adanya hasrat untuk selalu
menerapkan apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan, baik dalam dunia teknik mikro
maupun makro. Dengan demikian tampaklah bahwa semakin maju pengetahuan, semakin
meningkat keinginan manusia, sampai memaksa, merajalela, dan bahkan membabi
buta. Akibatnya ilmu pengetahuan dan hasilnya tidak manusiawi lagi, bahkan
cenderung memperbudak manusia sendiri yang telah merencanakan dan
menghasilkannya. Kecenderungan yang kedua inilah yang lebih mengerikan dari
yang pertama, namun tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan yang pertama.
§
Kedua kecenderungan ini secara nyata paling menampakkan diri dan
paling mengancam keamanan dan kehidupan manusia, dewasa ini dalam bidang lomba
persenjataan, kemajuan dalam memakai serta menghabiskan banyak kekayaan bumi
yang tidak dapat diperbaharui kembali, kemajuan dalam bidang kedokteran yang
telah mengubah batas-batas paling pribadi dalam hidup manusia dan perkembangan
ekonomi yang mengakibatkan melebarnya jurang kaya dan miskin. Ilmu pengetahuan
dan teknologi akhirnya mau tak mau mempunyai kaitan langsung ataupun tidak,
dengan setruktur sosial dan politik yang pada gilirannya berkaitan dengan
jutaan manusia yang kelaparan, kemiskinan, dan berbagai macam ketimpangan yang
justru menjadi pandangan yang menyolok di tengah keyakinan manusia akan
keampuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghapus penderitaan manusia.
§
Kedua kecenderungan di atas yang ternyata condong menjadi
lingkaran setan ini perlu dibelokkan manusia sendiri sehingga tidak menimbulkan
ancaman lagi. Kesadaran akan hal ini sudah muncul dalam banyak lingkungan
ilmuwan yang prihatin akan perkembangan teknik, industri, dan persenjataan yang
membahayakan masa depan kehidupan umat manusia dan bumi kita. Untuk itulah maka
epistimologi ilmu bertugas menjawab pertanyaan; bagaimana proses
pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana
prosedur dan mekanismenya?
§
Tiang penyangga filsafat ilmu yang ketiga adalah aksiologi ilmu;
Ilmu adalah sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih
mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban
manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia
seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan dan berbagai wajah
kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga, manusia bisa merasakan
kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, komonikasi, dan
lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya.
§
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah
dan penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya
pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian
dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka
bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu harus diletakkan secara proposional
dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab, jika ilmu tidak
berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
§
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian
akan diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah
teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas
dari siilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika
keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggungjawab seorang ilmuwan
haruslah dipupuk dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis,
dan tanggung jawab moral.
2.7 Agama, Ilmu, dan Masa Depan Manusia
Agama dan
ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan.
Agama lebih mengedepankan moralitasdan menjaga tradisi yang sudah mapan
(ritual) cenderung ekslusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang
baru. Tidak perlu terikat dengan etika progresif. Agama memberikan ketenangan
dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, sedangkan ilmu memberi
ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.
Agama
mendorong umatnya untuk menuntut ilmu hampir semua kitab suci menganjurkan
umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin. Adapun menurut ilmu, gempa bumi
terjadi akibat pergeseran lempengan bumi atau tersumbatnya lava gunung berapi
oleh karena itu para ilmuan harus mencari ilmu da n teknologi untuk mendektesi kapan gempa akan
terjadi dan bahkan kala perlu mencari cara mengatasinya.
Disini
ilmudan teknologi tidak harus dilihat dari aspek yang sempit, tetapi harus
dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk kepentingan kehidupan yang lebih
abadi kalo visi ini yang diyakini oleh para ilmuwan dan agamawan maka harapan
kehidupan ke depan akan lebih cerah dan sentosa tentu saja pemikiran-pemikiran
seperti ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk terwujudnya masa depan
yang lebih cerah.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman
manusia yang disusun dalam suatu system mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal
yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau
daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji
secara empiris, riset dan eksperimen.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa
perkembangan peradaban manusia yang ada pada saat ini merupakan bentuk desakan
dari pengaruh berkembangnya aspek-aspek kehidupan di masa lalu. Manusia dengan
alam pikirannya selalu melahirkan inovasi baru yang pada akhirnya memberikan
efek saling tular serta membentuk sikap tertentu pada lingkungannya. Fenomena
ini akan membawa kita kepada masa depan manusia yang berbeda dan lebih
kompleks.
Prediksi
pada ilmuwan Barat yang menyatakan bahwa agama formal (organized religion) akan
lenyap, atau setidaknya akan menjadi urusan pribadi, ketika iptek dan filsafat
semakin berkembang, ternyata tidak terbukti. Sebaliknya, dewasa ini sedang
terjadi proses artikulasi peran agama (formal) dalam berbagai jalur sosial,
politik, ekonomi, bahkan dalam teknologi.
Manusia
yang berpikir filsafati, diharapkan bisa memahami filosofi kehidupan, mendalami
unsur-unsur pokok dari ilmu yang ditekuninya secara menyeluruh sehingga lebih
arif dalam memahami sumber, hakikat dan tujuan dari ilmu yang ditekuninya,
termasuk pemanfaatannya bagi masyarakat.
Mengutip
sebuah kalimatnya Einstein, bahwa agama tanpa ilmu lumpuh namun ilmu tanpa
agama buta. Kebutaan moral dari ilmu itu mungkin membawa manusia kejurang
malapetaka. Jadi dalam kehidupan ini kedua bidang itu tak usah berseberangan,
bahkan sebaliknya justru harus melengkapi satu sama lainnya. Ilmu pengetahuan
dipelajari guna memperoleh penjelasan-penjelasan dari fenomena kehidupan ini,
sedangkan agama memberikan kita akan tujuan makna atau arti kehidupan
(fenomena) itu. Kemudian, ilmu itu berusaha menganalisa kehidupan memecah-mecah
kehidupan jadi berkeping-keping memperdalam suatu masalah kehidupan ini,
sedangkan agama memberikan pemahaman tunggal (sintesa) dari keberagaman
fenomena yang terpampang didepan kita.
3.2
Saran
Ilmu dan teknologi harus memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi
instrumen penting dalam setiap proses pembangunan sebagai usaha untuk
mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya. Untuk mencapai sasaran tersebut
maka perlu dilakukan suatu upaya bahwa dalam mempelajari ilmu pengetahuan
dan menggunakan teknologi setiap individu perlu ditanamkan nilai-nilai moral(
agama), sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia tersebut, tidak bebas nilai atau sekuler. Agar perkembangan
ilmu yang ada tidak menimbulkan krisis pada kemanusiaan terutama mengenai
kemerosotan agama yang mencakup nilai etika, moral, norma yang ada, dan agar
perkembangan ilmu itu sendiri dapat menjadi manfaat bagi kehidupan dalam segala
bidang.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/Filsafat-Ilmu
Amsal bakhtiar, filsafat ilmu,
rajawali press. Jakarta. 2009
http://filsafat.ugm.ac.id/downloads/artikel/agama-krisis.pdf
Daruni,EA.
1991. Hubungan Ilmu dan Kebudayaan dalam Majalah Jurnal Filsafat. Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Seri 8
http://meetabied.wordpress.com/2009/11/01/kedudukan-filsafat-ilmu-dalamislamisasi-ilmu-pengetahuan-dan-kontribusinya-dalam-krisis-masyarakat-modern/
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/teori-ilmu